Sejumlah tantangan pengembangan fitofarmaka di Tanah Air

id fitofarmaka,farmasi,obat herbal

Sejumlah tantangan pengembangan fitofarmaka di Tanah Air

Arsip foto - Mahasiswa Farmasi Universitas Surabaya (Ubaya), Christopher Oliver dan Evelyn Natasya menemukan obat berbentuk oral film atau obat strip di Ubaya Surabaya, Senin (27/1). Obat berbahan baku tanaman Meniran (Phyllanthus) yang mampu meningkatkan daya tahan tubuh tersebut merupakan yang pertama di Indonesia dan awalnya dibuat untuk anak-anak yang susah mengkonsumsi obat minum. ANTARA FOTO/Eric Ireng/ed/Spt/14.


"Dokter sering memerlukan bukti ilmiah yang kuat sebelum merekomendasikan atau meresepkan suatu produk kepada pasien. Baru beberapa fitofarmaka yang sudah terbukti uji klinisnya. Dokter sering mempertanyakan mengenai bukti ilmiah yang kuat ketika menyusun formularium rumah sakit. Ini yang belum bisa didukung oleh obat fitofarmaka," jelas dia.

Berbeda dengan obat-obatan kimia konvensional, fitofarmaka masih terbentur kendala keterbatasan informasi yang dapat menghambat dokter untuk membuat keputusan informasional dan ilmiah, seperti interaksi obat yang mungkin tidak diketahui. Selain itu faktor persepsi pasien juga turut memengaruhi penggunaan obat-obatan fitofarmaka.

"Dokter mungkin menghadapi tantangan dalam meresepkan fitofarmaka jika pasien memiliki persepsi negatif atau ragu terhadap efikasi dan keamanan produk," kata Rina.

Lebih lanjut ia mengharapkan adanya regulasi pemerintah untuk mengatur obat fitofarmaka yang bertujuan melindungi masyarakat dari risiko penggunaan obat yang tidak aman dan memastikan bahwa memenuhi standard kualitas yang ditetapkan.

Rina kemudian menegaskan kembali bahwa penggunaan fitofarmaka di rumah sakit harus dilakukan dengan pendekatan hati-hati dan bersifat holistik, sehingga penting melakukan konsultasi dengan profesional kesehatan. Hal ini terutama jika seseorang mengonsumsi obat-obatan lain atau memiliki kondisi kesehatan tertentu.

"Meskipun fitofarmaka atau obat-obatan herbal dianggap berasal dari sumber alami, namun tetap dapat memiliki efek samping yang bervariasi, tergantung pada jenis, dosis, durasi penggunaan, dan respons individu," ujarnya.

Peluang dan tantangan penggunaan fitofarmaka, kata dia, memerlukan kolaborasi antara pemerintah, peneliti, dan masyarakat untuk menciptakan regulasi yang mendukung sekaligus meningkatkan kualitas produk dan keamanan.

"Dengan memahami potensi tumbuhan obat yang dimiliki oleh Indonesia dan menggabungkan kearifan lokal dengan penelitian ilmiah serta regulasi yang baik, maka penggunaan fitofarmaka memiliki potensi untuk memberikan kontribusi positif dalam upaya pelayanan kesehatan kepada masyarakat," kata Rina menutup penjelasan.