Blitar (ANTARA) - Siang itu, Muryani (64), seorang petugas kebersihan warga Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, bersiap menghancurkan sejumlah gelas minuman berbahan plastik ke mesin penghancur. Limbah itu dicacah dengan mesin menjadi ukuran lebih kecil, sehingga mudah untuk dimasukkan ke mesin pengolah bahan bakar alternatif.
Muryani memang "hanya" seorang petugas kebersihan, namun berbekal dari rasa ingin tahu yang besar ia berusaha keras untuk bisa mengolah sampah plastik menjadi bahan bakar.
Usaha Muryani mengolah limbah menjadi BBM ini terinspirasi dari menumpuknya sampah plastik. Sampah jenis itu membutuhkan waktu lama untuk terurai, sehingga lama-kelamaan bisa menggunung.
Berawal dari hal itu dirinya berupaya keras menciptakan alat khusus yang bisa mengolah sampah plastik. Usaha itu membuahkan hasil. Alat pengolah sampah plastik berupa mesin destilator mampu dibuatnya pada 2009.
Untuk membuat alat itu, ia pelajari secara otodidak. Dari berbagai pengalaman serta riset yang dilakukannya, ia bisa memahami bahwa sampah plastik bisa menjadi bahan bakar minyak (BBM) alternatif.
Sebagai "pasukan kuning", memang sudah menjadi tugasnya untuk menjaga lingkungan. Berburu sampah plastik dilakoninya saban hari. Awalnya, sampah-sampah dikumpulkan, dihancurkan menjadi ukuran kecil lalu dikeringkan dan dimasukkan ke mesin.
Awal membuat mesin pengolah limbah plastik itu, Muryani mengeluarkan uang pribadi hingga Rp2,5 juta. Alat pertamanya dibuat dengan kapasitas 3 kilogram. Namun, waktu yang dihabiskan untuk pemrosesan sangat lama. Sampah plastik diolah mulai pukul 07.00 WIB dan selesai proses hingga pukul 19.00 WIB. Hasilnya pun masih jauh dari harapan.
Pria yang pernah ikut program transmigrasi ke Lampung Selatan ini mengaku tak putus asa. Berbagai cara ditelitinya hingga kemudian ia memahami bahwa tidak semua limbah plastik dengan mudah diolah. Ada beberapa limbah yang sulit diolah sehingga pemrosesannya perlu waktu cukup lama.
Berbekal itu, ia akhirnya fokus untuk mengumpulkan limbah dari kantong kresek, gelas minuman, botol oli bekas. Sampah-sampah itu lebih mudah diolah menjadi BBM alternatif. Sedangkan yang sulit diolah di antaranya adalah botol minuman kemasan, jas hujan karena kandungan asam tinggi, aluminium foil, baju bekas hingga alas kaki.
Mesin pengolah kemudian dibuat dengan ukuran produksi lebih besar, mampu menampung hingga 10 kilogram sampah plastik. Sampah plastik yang sudah hancur digilas mesin pencacah yang juga telah disiapkan. Plastik juga harus dalam kondisi benar-benar kering, sehingga bisa menghasilkan BBM yang baik serta mesin tidak mengeluarkan uap.
Setelah memastikan cacahan plastik kering, selanjutnya siap masuk mesin destilator . Bahan bakar yang digunakan untuk pemrosesan adalah elpiji.
Tak butuh waktu lama mengolah sampah plastik itu. Setiap kali proses mengolah limbah plastik, hanya butuh satu tabung elpiji ukuran 3 kilogram saja. Durasi pengolahan juga relatif lebih pendek, hanya butuh waktu sekitar empat jam hingga semua limbah plastik selesai diproses.
Mesin itu bisa langsung memproses limbah plastik menjadi BBM alternatif. Ada tiga BBM yang bisa dihasilkan dari limbah plastik itu yakni BBM setara solar, setara premium serta setara minyak tanah.
Semua bahan tersebut otomatis keluar dari mesin. Tetes demi tetes hingga seluruh limbah selesai diproses. Dari kapasitas mesin 10 kilogram, bisa menghasilkan BBM alternatif 10 liter dengan berbagai jenis tersebut.
Berita Terkait
LKBN ANTARA raih predikat informatif pada Anugerah KIP 2024
Rabu, 18 Desember 2024 1:21 Wib
Sudahi memanjakan anak dengan fasilitas berlimpah
Selasa, 17 Desember 2024 18:30 Wib
Kasus judi "online" menyeret para pesohor
Selasa, 17 Desember 2024 15:25 Wib
Jangan main-main dengan pengelolaan haji
Senin, 16 Desember 2024 19:03 Wib
Calon pekerja migran harus hindari jalur non-prosedural
Senin, 16 Desember 2024 16:36 Wib
Gedung baru Gereja Katedral tampung 5.000 jemaat misa Natal
Minggu, 15 Desember 2024 16:30 Wib