Jakarta (ANTARA) - Hasil analisis lembaga pemerhati perubahan iklim Climate Central menunjukkan bahwa November 2022 sampai Oktober 2023 merupakan periode terpanas sepanjang sejarah.
Menurut hasil analisis terkini Climate Central, selama periode itu rata-rata temperatur global 1,3 derajat Celsius di atas temperatur pada masa pra-industri.
"Rekor akan terus terjadi pada tahun depan, terutama ketika El Nino semakin meningkat, dampaknya menyebabkan panas yang tidak biasa," kata Wakil Presiden Bidang Sains Climate Central Andrew Pershing dalam keterangan persnya di Jakarta, Jumat.
Ia menyampaikan bahwa dampak iklim parah terjadi di negara-negara berkembang di khatulistiwa dan gelombang panas ekstrem yang dipicu oleh perubahan iklim melanda Amerika Serikat, India, Jepang, dan Eropa.
Kondisi itu menggarisbawahi bahwa tidak ada yang aman dari dampak perubahan iklim.
Menurut hasil Studi Climate Central, sebagai salah satu negara Asia yang beriklim tropis Indonesia juga mengalami kenaikan suhu dalam setahun terakhir.
Berdasarkan perhitungan Indeks Pergeseran Iklim, Indonesia menempati urutan teratas di antara negara-negara anggota G20 dengan angka rata-rata 2,4, mengalahkan Arab Saudi (2,3) dan Meksiko (2,1).