Mengolah limbah batok kelapa jadi benda seni bernilai tinggi

id limbah kelapa, batok, manado, sulut, minut klabat craft, pertamina

Mengolah limbah batok kelapa jadi benda seni bernilai tinggi

Souvenir berbahan vaku batok kelapa produk Benny Leleury di Minahasa Utara. ANTARA/Nancy L Tigauw.

Manado (ANTARA) - Merantau ke Daerah Nyiur Melambai, julukan untuk Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), ternyata mampu mengubah nasib pria asal Maluku, Ambon ini.

Benny Leleury adalah pria asal The Spicy Island atau pulau rempah, yang bertahan di tengah-tengah kehidupan nan sederhana. Ia tinggal di desanya yang indah di Maluku, tetapi nasibnya tidak pernah begitu cerah.

Sejak tahun 1994, ia datang mengaduh nasib di Sulut, akhirnya bertemu dengan belahan jiwanya di Daerah Nyiur Melambai ini dan dikarunia tiga orang anak.

Benny, kala itu, bekerja apa saja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Akan tetapi pendapatan dari pekerjaannya tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, apalagi untuk menyekolahkan ketiga anaknya.

Hingga ada momentum yang mengubah cara pandang hidupnya. Kala itu, Benny berjalan-jalan bersama temannya. Mereka mampir ke toko souvenir dan melihat banyak produk yang diambil dari daerah lain. Padahal, baginya sangat mudah untuk dibuat dan bahan bakunya cukup banyak. Saat itu, dengan pemikiran kreatifnya, ia memutuskan memanfaatkan limbah batok kelapa sebagai bahan baku untuk mendukung keluarganya dan sektor pariwisata di daerah tersebut.

Benny mulai mengumpulkan batok kelapa dan menjadikannya bahan baku untuk membuat berbagai jenis souvenir. Dia mengukirnya dengan motif-motif etnik dan menghiasnya dengan lukisan yang menggambarkan keindahan alam Sulut.

Walaupun secara manual, karyanya dinilai indah dan unik, dan segera mendapat perhatian.

Dia belajar membuat kerajinan tangan dan bersama-sama mereka menciptakan berbagai souvenir seperti gantungan kunci, hiasan rambut, hiasan pakaian, cangkir, piring, dan lampu hias. Ada sentuhan pribadi di setiap karya seni yang mereka buat. Itulah  menjadikan karyanya lebih berharga.

Benny juga peduli dengan keberlanjutan dan kelestarian lingkungannya. Itulah sebabnya dia memilih bahan baku yang berasal dari batok kelapa yang sudah tidak terpakai lagi.

Dengan kreativitasnya, dia mengubah batok kelapa tersebut menjadi karya seni yang luar biasa. Setiap potongan batok kelapa yang dia buat menjadi seperti kanvas kosong yang siap diukir dan hiasi dengan detail indah.

Selama 10 tahun terakhir ini ia menggeluti souvenir dari batok kelapa dan turunannya yang dianggap limbah oleh kebanyakan orang. Dari hasil kreativitasnya tersebut, mampu membawa ketiga anaknyamengenyam pendidikan yang tinggi. Anak tertua sementara berada di bangku kuliah salah satu universitas ternama di Sulut, anak kedua sedang dalam pendidikan polisi Bintara, dan ketiga baru menyelesaikan bangku sekolah tingkat atas.


Bangkit dari pandemi

Usaha souvenir Benny Leleury yang diberi nama "Klabat Craft" ini telah banyak peminatnya, baik pasar lokal sampai luar daerah, dengan omzet mencapai belasan juta setiap bulan.