Aspindo fasilitasi riset teknologi penangkap CO2 dari PLTU
Palembang (ANTARA) - Asosiasi Jasa Pertambangan Indonesia (Aspindo) memfasilitasi riset untuk menemukan alat penangkap karbon dioksida (CO2 ) dari operasional pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan pabrik yang menggunakan energi batu bara dengan teknologi yang tepat dan ekonomis.
"Alat pengikat/penangkap CO2 sangat diperlukan karena jika tidak ada dapat mengancam keberlangsungan operasional PLTU dan perusahaan tambang batu bara ketika diberlakukan pengurangan dan penghapusan penggunaan energi fosil batu bara beberapa tahun mendatang," kata Direktur Eksekutif Aspindo Bambang Tjahjono di Palembang, Kamis.
Ketika menjadi narasumber 'Journalist Workshop' aksi korporasi mendukung operasional di sektor pertambangan dan dampak positifnya bagi pembangunan ekonomi dan masyarakat yang digelar PT Bukit Asam Tbk (PTBA), Bambang mengatakan pihaknya telah melakukan pendekatan dengan pakar di sejumlah perguruan tinggi untuk melakukan riset tersebut.
"Saya telah membicarakan masalah pembuatan alat penangkap CO2 untuk mendukung keberlangsungan pemanfaatan batu bara di PLTU dan industri lainnya dengan beberapa ahli seperti dari Institut Teknologi Bandung (ITB)," ujarnya.
Para ahli dari sejumlah perguruan tinggi menyambut baik ide untuk melakukan riset membuat alat penangkap CO2 yang mudah digunakan dan berbiaya murah (ekonomis).
Jika para profesor teknik kimia berhasil melakukan riset dan dapat mengembangkan peralatan penangkap CO2, pembangkit listrik dan pabrik yang menggunakan batu bara dapat terus beroperasi sepanjang masa.
Selain itu, dengan bisa dikendalikannya CO2 dari penggunaan energi fosil batu bara, kegiatan tambang batu bara di wilayah Sumatera dan Kalimantan dapat terus berjalan mendukung pertumbuhan ekonomi di daerah sekitar lokasi tambang dan bahkan secara nasional.
Penghapusan bertahap penggunaan energi fosil batu bara sebuah aksi tindakan menghentikan aktivitas penggunaan sumber energi fosil secara bertahap hingga berhenti total.
Penghapusan bertahap energi fosil itu untuk mengurangi terjadinya laju pemanasan global, jika alat
pengikat karbon dioksida (CO2) hasil proses pembakaran dalam waktu dekat bisa ditemukan, tidak perlu ada gerakan pengurangan dan penghapusan penggunaan energi fosil batu bara yang cadangannya cukup besar di Tanah Air, ujar Bambang.
Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Niko Chandra pada kesempatan menambahkan berdasarkan data, basis sumber daya batu bara cukup besar mencapai 5,851 miliar ton, dengan cadangan batu bara sebanyak 3,018 miliar ton.
Sedangkan pemanfaatannya masih rendah, berdasarkan data pada semester pertama 2023, khusus PTBA hanya mampu memproduksi batu bara 18,8 juta ton, kata Niko.
"Alat pengikat/penangkap CO2 sangat diperlukan karena jika tidak ada dapat mengancam keberlangsungan operasional PLTU dan perusahaan tambang batu bara ketika diberlakukan pengurangan dan penghapusan penggunaan energi fosil batu bara beberapa tahun mendatang," kata Direktur Eksekutif Aspindo Bambang Tjahjono di Palembang, Kamis.
Ketika menjadi narasumber 'Journalist Workshop' aksi korporasi mendukung operasional di sektor pertambangan dan dampak positifnya bagi pembangunan ekonomi dan masyarakat yang digelar PT Bukit Asam Tbk (PTBA), Bambang mengatakan pihaknya telah melakukan pendekatan dengan pakar di sejumlah perguruan tinggi untuk melakukan riset tersebut.
"Saya telah membicarakan masalah pembuatan alat penangkap CO2 untuk mendukung keberlangsungan pemanfaatan batu bara di PLTU dan industri lainnya dengan beberapa ahli seperti dari Institut Teknologi Bandung (ITB)," ujarnya.
Para ahli dari sejumlah perguruan tinggi menyambut baik ide untuk melakukan riset membuat alat penangkap CO2 yang mudah digunakan dan berbiaya murah (ekonomis).
Jika para profesor teknik kimia berhasil melakukan riset dan dapat mengembangkan peralatan penangkap CO2, pembangkit listrik dan pabrik yang menggunakan batu bara dapat terus beroperasi sepanjang masa.
Selain itu, dengan bisa dikendalikannya CO2 dari penggunaan energi fosil batu bara, kegiatan tambang batu bara di wilayah Sumatera dan Kalimantan dapat terus berjalan mendukung pertumbuhan ekonomi di daerah sekitar lokasi tambang dan bahkan secara nasional.
Penghapusan bertahap penggunaan energi fosil batu bara sebuah aksi tindakan menghentikan aktivitas penggunaan sumber energi fosil secara bertahap hingga berhenti total.
Penghapusan bertahap energi fosil itu untuk mengurangi terjadinya laju pemanasan global, jika alat
pengikat karbon dioksida (CO2) hasil proses pembakaran dalam waktu dekat bisa ditemukan, tidak perlu ada gerakan pengurangan dan penghapusan penggunaan energi fosil batu bara yang cadangannya cukup besar di Tanah Air, ujar Bambang.
Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Niko Chandra pada kesempatan menambahkan berdasarkan data, basis sumber daya batu bara cukup besar mencapai 5,851 miliar ton, dengan cadangan batu bara sebanyak 3,018 miliar ton.
Sedangkan pemanfaatannya masih rendah, berdasarkan data pada semester pertama 2023, khusus PTBA hanya mampu memproduksi batu bara 18,8 juta ton, kata Niko.