Dinkes OKU gencarkan sosialisasi PHBS guna cegah kasus diare

id Penyakit diare, kasus diare, musim kemarau, Sungai Ogan , Dinas Kesehatan OKU

Dinkes OKU gencarkan sosialisasi PHBS guna cegah kasus diare

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan OKU Andi Prapto. (ANTARA/Edo Purmana)

Baturaja (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan menggencarkan sosialisasi tentang pentingnya masyarakat menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari-hari guna mencegah peningkatan kasus diare di daerah tersebut.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten OKU Andi Prapto di Baturaja, Rabu, mengatakan langkah tersebut melalui peranan para tenaga kesehatan di berbagai puskesmas di daerah itu dalam mengedukasi masyarakat agar menerapkan PHBS.

Penerapan PHBS sebagai penting dilakukan warga, tidak hanya untuk mencegah penyebaran diare akan tetapi juga berbagai penyakit lainnya. Bentuk PHBS itu, antara lain warga menjaga lingkungan sekitar agar tetap bersih dan tidak menggunakan air sumur untuk dikonsumsi selama musim kemarau. 

"Kalaupun terpaksa harus dimasak terlebih dahulu dan dipastikan benar-benar sudah matang sebelum dikonsumsi," ujarnya.

Sejak Januari hingga Juli 2023, jajaran Dinkes OKU menangani 1.411 kasus diare yang dialami masyarakat setempat. Penanganan kasus itu oleh 18 puskesmas di daerah setempat.

Menurut dia, tingginya angka kasus tersebut karena musim kemarau yang berdampak terhadap kebutuhan air bersih masyarakat menjadi berkurang sehingga memicu penyebaran diare.

Apalagi, katanya, sebagian besar masyarakat, khususnya di wilayah pedesaan, selama ini mengandalkan air Sungai Ogan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, termasuk untuk konsumsi, sedangkan saat kemarau debit dan kualitas air sungai tersebut berkurang.

Selain itu, katanya, kebiasaan membuang sampah di Sungai Ogan yang dilakukan oknum warga membuat kualitas air sungai menjadi semakin buruk.

Meskipun kasus diare di Kabupaten OKU tergolong tinggi, kata dia, sejauh ini masih di level aman karena seluruh pasien yang menderita penyakit tersebut dinyatakan sembuh setelah menjalani perawatan.