Jakarta (ANTARA) - Analis Bank Woori Saudara (BWS) Rully Nova menyatakan pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Senin sore, dipengaruhi data pertumbuhan ekonomi China pada kuartal II-2023 yang lebih rendah dari perkiraan pasar.
Pada penutupan perdagangan hari ini, rupiah mengalami pelemahan sebesar 0,36 persen atau 54 poin menjadi Rp15.013 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.959 per dolar AS.“Ekonomi China tumbuh 6,3 persen, lebih rendah dari ekspektasi 7,3 persen,” ujar dia kepada ANTARA di Jakarta, Senin.
Menurut dia, pengaruh dari pengumuman suku bunga AS yang akan dilakukan pada pekan depan tidak terlalu signifikan karena pelaku pasar sudah memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga 25 bps.