JBI OKU Sumsel mendorong petani budi daya kopi Arabika

id Tanaman kopi, kopi Arabika, kualitas ekspor, petani OKU Raya, JBI OKU

JBI OKU Sumsel mendorong petani budi daya kopi Arabika

Pendiri JBI menunjukan kopi arabika hasil panen petani di OKU Selatan, Senin. (ANTARA/Edo Purmana/23)

Baturaja (ANTARA) - Lembaga Lingkungan Hidup Jejak Bumi Indonesia (JBI) Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan, mendorong petani di OKU Raya untuk membudidayakan tanaman kopi arabika yang memiliki kualitas ekspor dengan harga jual tinggi.

Pendiri JBI Kabupaten OKU, Hendra Setyawan di Baturaja, Senin, mengatakan  jenis kopi arabika memiliki nilai ekonomi yang tinggi sebagai penghasil devisa dan sumber pendapatan petani karena tanaman tersebut merupakan salah satu komoditas unggulan di Indonesia.

"Apalagi kopi arabika ini 70 persen dikonsumsi di dunia dan Provinsi Sumatera Selatan sebagai penghasil kopi terbesar di Indonesia yaitu mencapai 211.681 ton pada tahun 2021 dari 267,8 hektare lahan yang ada," jelasnya.

Namun sayangnya masih banyak petani di OKU Raya meliputi OKU, OKU Timur, dan Kabupaten OKU Selatan, yang tidak memanfaatkan peluang ini dengan masih mengandalkan hasil pertanian dari tanaman karet dan kelapa sawit saja.

Apalagi wilayah OKU Raya merupakan daerah perbukitan dan berada di dataran tinggi sehingga sangat cocok untuk dijadikan lahan perkebunan kopi, katanya.

Untuk itu, lanjut dia, JBI mendorong para petani untuk beralih menanam kopi jenis arabika guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari hasil panen tanaman tersebut.

"Sejauh ini baru ada beberapa petani di OKU Raya yang menanam kopi arabika. Selebihnya tanaman karet dan sawit," katanya.

Sebagai bentuk dukungan, JBI akan melakukan edukasi dan sosialisasi dengan masyarakat untuk mengelola kopi berkualitas dengan pola agroforestry yang ramah lingkungan.

JBI pun siap memberikan pelatihan bagi para petani agar mengerti cara bercocok tanaman kopi yang benar supaya menghasilkan hasil panen yang berlimpah.

"Kami juga siap menjembatani petani untuk pemasaran kopi dengan harga tinggi di atas harga tengkulak dengan permintaan yang tidak terbatas," ujarnya.