AS dorong upaya diplomatik redakan ketegangan Rusia-Ukraina
Jakarta (ANTARA) - Amerika Serikat tengah mengupayakan cara diplomatik yang mungkin bisa dilakukan untuk membantu meredakan ketegangan yang meningkat antara Rusia dan Ukraina.
“Kami berkomitmen untuk mengejar semua cara diplomatik untuk mengakhiri krisis ini,” kata pejabat senior Kedutaan AS di Jakarta dalam press-briefing secara virtual di Jakarta, Jumat.
Lebih lanjut, pejabat yang enggan menyebutkan namanya itu menyebutkan banyak diplomasi yang sedang berlangsung, terutama dengan Rusia.
Akhir pekan lalu Presiden Biden Joe Bidan berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk memperjelas bahwa AS siap untuk terus mengejar diplomasi tingkat tinggi guna mencapai pemahaman tertulis di antara Rusia, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa untuk mengatasi masalah keamanan yang sah.
Pejabat itu menyebutkan terdapat lebih dari 200 pertemuan, panggilan telepon, konferensi video dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Uni Eropa (EU), Organisasi Keamanan dan Kerja sama di Eropa (OSCE) serta mitra dan sekutunya di seluruh Eropa dan sekitarnya.
Namun, AS menyatakan kesiapan dalam membantu Ukraina, termasuk bantuan pertahanan guna memperkuat pertahanan Ukraina dalam menghadapi ancaman dan agresi Rusia yang meningkat.
Dukungan itu juga disampaikan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam pidatonya di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Kamis (17/2).
Menurut AS, situasi di Ukraina patut mendapat perhatian dunia lantaran ancaman perang yang membayangi Eropa karena Presiden Putin dinilai dapat menyerang kapan saja.
Terdapat 150.000 tentara yang mengelilingi sepanjang perbatasan Ukraina dan Belarus.
“Kami terus mencari kekuatan, terutama kekuatan yang akan berada di garda depan setiap agresi baru terhadap Ukraina, terus berada di perbatasan,” katanya.
AS mengatakan pihaknya juga sudah berkonsultasi secara intens dengan sekutu dan mitra global terkait konsekuensi dari serangan militer Rusia lebih lanjut di Ukraina, termasuk sanksi ekonomi yang berat dan kontrol ekspor Amerika Serikat serta sekutu dan mitra untuk berdiri bersama untuk mempercepat bantuan keamanan ke Ukraina.
Selain itu, AS juga telah mempersiapkan apa pun yang terjadi, baik itu diplomasi dengan Rusia atau sekutu untuk meningkatkan stabilitas dan keamanan di Eropa maupun menanggapi dengan tegas serangan Rusia di Ukraina, yang dinilai masih sangat mungkin terjadi.
“Kami akan memberikan materi pertahanan tambahan kepada Ukraina di atas dan di luar apa yang kami miliki saat ini dalam proses menyediakan jalur diplomatik yang masih menyediakan satu-satunya solusi tahan lama untuk masalah keamanan Rusia, Eropa, dan dunia,” kata pejabat Kedutaan AS tersebut.
Sebelumnya, Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva menegaskan bahwa Ukraina merupakan saudara bagi Rusia di tengah isu yang beredar terkait kemungkinan tindakan agresif yang akan diambil oleh Rusia terhadap Ukraina.
Vorobieva mengatakan bahwa negara-negara Barat telah mewanti-wanti akan kemungkinan adanya tindakan agresif yang diambil oleh Rusia terhadap Ukraina, sesuatu yang disebutnya tak sesuai dengan kenyataan.
“Washington dan London lebih banyak berteriak-teriak soal dugaan niatan kami untuk menyerang Ukraina dan mereka membicarakan ini setiap hari dan media barat juga melakukan hal yang sama,” ujarnya.
Dia mengatakan bahwa hal tersebut menciptakan realita semu yang tak sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi serta membuat histeria di antara masyarakat.
“Perdamaian sangatlah berharga dan tujuan kami satu-satunya adalah untuk menjaga perdamaian itu,” katanya.
“Kami berkomitmen untuk mengejar semua cara diplomatik untuk mengakhiri krisis ini,” kata pejabat senior Kedutaan AS di Jakarta dalam press-briefing secara virtual di Jakarta, Jumat.
Lebih lanjut, pejabat yang enggan menyebutkan namanya itu menyebutkan banyak diplomasi yang sedang berlangsung, terutama dengan Rusia.
Akhir pekan lalu Presiden Biden Joe Bidan berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk memperjelas bahwa AS siap untuk terus mengejar diplomasi tingkat tinggi guna mencapai pemahaman tertulis di antara Rusia, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa untuk mengatasi masalah keamanan yang sah.
Pejabat itu menyebutkan terdapat lebih dari 200 pertemuan, panggilan telepon, konferensi video dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Uni Eropa (EU), Organisasi Keamanan dan Kerja sama di Eropa (OSCE) serta mitra dan sekutunya di seluruh Eropa dan sekitarnya.
Namun, AS menyatakan kesiapan dalam membantu Ukraina, termasuk bantuan pertahanan guna memperkuat pertahanan Ukraina dalam menghadapi ancaman dan agresi Rusia yang meningkat.
Dukungan itu juga disampaikan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam pidatonya di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Kamis (17/2).
Menurut AS, situasi di Ukraina patut mendapat perhatian dunia lantaran ancaman perang yang membayangi Eropa karena Presiden Putin dinilai dapat menyerang kapan saja.
Terdapat 150.000 tentara yang mengelilingi sepanjang perbatasan Ukraina dan Belarus.
“Kami terus mencari kekuatan, terutama kekuatan yang akan berada di garda depan setiap agresi baru terhadap Ukraina, terus berada di perbatasan,” katanya.
AS mengatakan pihaknya juga sudah berkonsultasi secara intens dengan sekutu dan mitra global terkait konsekuensi dari serangan militer Rusia lebih lanjut di Ukraina, termasuk sanksi ekonomi yang berat dan kontrol ekspor Amerika Serikat serta sekutu dan mitra untuk berdiri bersama untuk mempercepat bantuan keamanan ke Ukraina.
Selain itu, AS juga telah mempersiapkan apa pun yang terjadi, baik itu diplomasi dengan Rusia atau sekutu untuk meningkatkan stabilitas dan keamanan di Eropa maupun menanggapi dengan tegas serangan Rusia di Ukraina, yang dinilai masih sangat mungkin terjadi.
“Kami akan memberikan materi pertahanan tambahan kepada Ukraina di atas dan di luar apa yang kami miliki saat ini dalam proses menyediakan jalur diplomatik yang masih menyediakan satu-satunya solusi tahan lama untuk masalah keamanan Rusia, Eropa, dan dunia,” kata pejabat Kedutaan AS tersebut.
Sebelumnya, Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva menegaskan bahwa Ukraina merupakan saudara bagi Rusia di tengah isu yang beredar terkait kemungkinan tindakan agresif yang akan diambil oleh Rusia terhadap Ukraina.
Vorobieva mengatakan bahwa negara-negara Barat telah mewanti-wanti akan kemungkinan adanya tindakan agresif yang diambil oleh Rusia terhadap Ukraina, sesuatu yang disebutnya tak sesuai dengan kenyataan.
“Washington dan London lebih banyak berteriak-teriak soal dugaan niatan kami untuk menyerang Ukraina dan mereka membicarakan ini setiap hari dan media barat juga melakukan hal yang sama,” ujarnya.
Dia mengatakan bahwa hal tersebut menciptakan realita semu yang tak sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi serta membuat histeria di antara masyarakat.
“Perdamaian sangatlah berharga dan tujuan kami satu-satunya adalah untuk menjaga perdamaian itu,” katanya.