Produktivitas sawah di Sumsel meningkat jadi 5,2 ton GKG per hektare

id padi,lahan padi,sawah,sawah sumsel,petani sumsel,ekonomi sumsel,gabah,produksi padi,komoditas,pertanian,harga beras,bera

Produktivitas sawah di Sumsel meningkat jadi 5,2 ton GKG per hektare

Petani memperbaiki arah aliran air yang didapat dari pompa listrik di kawasan persawahan Desa Durian Kelurahan Veteran Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKU Timur), Sumatera Selatan, Jumat (19/2/2021). (ANTARA FOTO/Feny Selly/foc)

Palembang (ANTARA) - Produktivitas sawah di Sumatera Selatan meningkat dari 5,0 ton Gabah Kering Giling (GKG) per hektare menjadi 5,2 ton GKG per hektare berkat adanya pendampingan kepada petani oleh petugas penyuluh lapangan.

Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Selatan R. Bambang Pramono di Palembang, Minggu, mengatakan, semula produktivitas lahan sawah di Sumsel selalu di bawah 5 ton GKG per hektare dalam 10 tahun terakhir.

Namun sejak disebar 1.400 tenaga Pendamping Peningkatan Ekonomi Pertanian (PPEP) ke sejumlah daerah sentra produksi beras, kini produktivitas lahan padi sudah meningkat menjadi 5,2 ton GKG per hektare sejak 2021.

“Sumsel sudah mampu menembus angka psikologis produktivitas lahan, kini sudah melewati 5 ton GKG per hektare,” kata dia.

Adanya pendampingan dari tenaga PPEP ini membuat beragam persoalan yang dihadapi petani dalam pengolahan lahan dapat tertanggulangi dengan cepat.

Tenaga PPEP memberikan solusi jika petani dihadapkan persoalan modal, bibit, pupuk, alat mesin pertanian, teknologi hingga pemasaran hasil produksi.

Petugas PPEP juga mempermudah petani untuk mengakses beragam program pemerintah, seperti pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR), pupuk subsidi hingga asuransi lahan pertanian.

Mereka juga terhubung ke perbankan karena menjadi agen laku pandai Bank Sumsel Babel, yakni bank yang ditugasi pemerintah untuk menyalurkan KUR sektor pertanian.

Ke depan, peran dari petugas PPEP ini akan dioptimalkan sehingga produktivitas lahan pertanian Sumsel dapat terus ditingkatkan seperti capaian lahan padi di Jawa yang sudah menembus 9 ton GKG per hektare.

Upaya ini tak lain untuk mencapai target 2,9 juta ton GKG pada 2022 dari 2,6 juta ton GKG pada 2021.

Pemprov Sumsel akan melakukan intervensi dalam pembenihan dan penggunaan alat mesin pertanian untuk menekan rugi-rugi (losses) dalam produksi padi.

Gubernur Sumsel Heram Deru mengatakan tata kelola pertanian di Sumsel tak sebaik di Jawa sehingga tingkat losses (rugi-rugi) hasil produksi masih tinggi yakni 11 persen.

Jika saja tata kelola pertanian ini semakin baik, dia optimistis produktivitas lahan akan meningkat, setidaknya menyamai provinsi tetangga yakni Lampung yang sudah mencapai 7 ton GKG per ha.

"Peningkatan produktivitas ini juga menjadi solusi untuk menutupi selisih biaya produksi yang tinggi di petani Sumsel," kata gubernur.

Sejauh ini, petani Sumsel mengeluarkan biaya yang cukup tinggi untuk produksi sementara pendapatan per hektera dari penjualan beras hanya sekitar Rp30 juta.

Jika dikurangi biaya untuk sewa alat mesin pertanian, pembelian benih dan pupuk, hingga kegiatan pasca panen maka petani rata-rata memperoleh sekitar Rp20 juta-an. Sehingga jika dibagikan untuk satu musim tanam yakni 100 hari maka hanya mendapatkan sekitar Rp150 ribu per hari.