Palembang (ANTARA) - Kawasan hutan gambut di Lanskap Sembilang, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, seluas 12.708 Hektere menjadi target restorasi pada tahun 2022 melalui program kerja sama multipihak yang melibatkan perusahaan, pemerintah, lembaga sosial masyarakat dan warga sekitar.
Head of Landscape Conservation, Health, Safety & Environment | Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas, Jasmine N.P. Doloksaribu dalam webinar, Senin, mengatakan pihaknya bersama Yayasan Dagang Hijau (IDH), Gerakan Cinta Desa (G-Cinde) dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Musi Banyuasin mengawal program pemulihan hutan gambut itu sejak tahun ini yang mana sudah merealisasikan seluas 5.338 Hektare dari target 12.708 Hektare hingga akhir tahun 2022.
APP Sinar Mas memiliki konsen terhadap pemulihan Lanskap Sembilang karena terdapat lima perusahaan hutan tanam industri (HTI) yang menjadi mitra pemasok berada di dalamnya, dengan total mengelola areal seluas 202.528 Hektare.
Dalam kegiatan restorasi hutan ini, APP Sinar Mas mendorong terjadinya kolaborasi bersama masyarakat di antaranya melalui kegiatan pembibitan, pemeliharaan ternak, pemantauan tutupan lahan gambut hingga kegiatan restorasi berupa menyuksesi alami lahan terdegradasi.
“Upaya ini tak lain untuk menjaga komitmen perusahaan untuk menjalankan bisnis yang berkelanjutan,” kata Jasmine dalam Webinar – Kolaborasi untuk Restorasi, yang mengusung tema ‘Upaya Pemulihan Hutan Gambut di Lanskap Sembilang’.
Bukan hanya menjalankan program pemulihan kawasan tersebut, pihaknya juga melalukan upaya pelestarian fauna melalui kegiatan susur jerat dan pemasangan kamera pengintai (trap).
Pihak lainnya yang juga terlibat dalam pemulihan kawasan hutan di Lanskap Sembilang yakni Yayasan Inisiatif Dagang Hijau (IDH).
Program Director Yayasan Inisiatif IDH Nassat Idrus mengatakan setidaknya selama empat tahun ini telah mengawal restorasi gambut di Lanskap Sembilang dengan membangun model ideal dalam pemulihannya.
Terdapat sejumlah pendekatan yang dilakukan, namun terpenting yakni bagaimana mengajak semua pihak yang memanfaatkan kawasan hutan gambut ini untuk menciptakan pertumbuhan hijau.
Dalam pertumbuhan hijau itu, pemanfaatan bentang alam di lanskap didorong untuk berkelanjutan mengingat perubahan lanskap (hutan terdegradasi) akan berdampak langsung pada perubahan iklim.
“Model pertumbuhan hijau ini kami bangun di Jambi dan Sumsel. Harus diakui bahwa kedudukan Sembilang ini sangat penting karena menjadi hutan gambut yang sangat luas,” kata dia.
Dalam kaitan menjaga lanskap Sembilang ini, IDH mulai memunculkan opsi baru yakni bagaimana menarik investasi di bidang wisata, peternakan dan perkebunan.
Dengan begitu, pembangunan ekonomi di Musi Banyuasin turut terdongkrak karena jika hanya berkutat pada pemulihan kawasan maka yang terjadi sebaliknya yakni hanya menyedot biaya.
“Justru ini nilai tambahnya jika berinvestasi di Sembilang, bahwa ada upaya pelestarian lingkungan dan satwa di sini, yang mungkin tidak dijumpai di tempat lain,” kata dia.
Sementara itu, Ketua Gerakan Cinta Desa (G-Cinde) Eko Waskito mengatakan dalam kaitan restorasi hutan gambut Lanskap Sembilang ini pihaknya melakukan kegiatan pemberdayaan masyakat di tiga desa, yakni Desa Muara Merang, Desa Telang dan Desa Pagar Desa.
Masyarakat sekitar kawasan hutan gambut didorong untuk melakukan aktivitas ekonomi seperti pembuatan pupuk, budidaya lele dana ember dan pembibitan tanaman dalam wadah Masyarakat Peduli Restorasi.
Tidak bisa kita hanya bicara ekologi, tapi harus juga memikirkan pendapatan masyarakat. Karena jika urusan perut tidak terpenuhi, maka dipastikan mereka akan merambah hutan, kata Eko.
Ke depan, Gerakan Cinta Desa ini akan mengawal usaha-usaha ekonomi masyarakat ini lebih profesional di bawah Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Sementara itu, Peneliti Muda Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Kebijakan dan Perubahan Iklim (P3SEKPI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Mimi Salminah mengatakan pihaknya telah mengembangkan Sistem Monev Restorasi Ekosistem Areal Konsesi Pemasok Kayu APP Sinar Mas yang nantinya bisa diakses publik pada 2022.
Melalui sistem monitoring ini, pemerintah ingin melihat sejauh mana komitmen dari APP Sinar Mas untuk merestorasi gambut yang terdegradasi dan memastikan areal hutan alami tidak digunakan.
Kami sudah menetapkan tiga poin monitoring yang dapat dijadikan indikator dan parameter kegiatan restorasi yakni vegetasi, hidrologi dan sosial ekonomi, kata dia.
Sementara itu, Koordinator Pusat Unggulan Komoditi Lestari (PUKL) Musi Banyuasin Yuwono Aries mengatakan Pemkab Muba telah mendirikan PUKL sebagai wadah para pemangku kepentingan dalam restorasi Lanskap Sembilang.
Bagi Pemkab Muba, pembangunan hijau menjadi keharusan yang diwujudkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang diimplementasikan di sejumlah Peraturan Daerah.
“Bisa dikatakan kami adalah kabupaten yang paling serius dalam pelestarian lingkungan terutama hutan gambut. Oleh karena itu, kami menilai perlu ada wadah untuk memandu kolaborasi ini,” kata dia.
Berita Terkait
Lomba foto dan konten kreator burung migran di Taman Tasional Sembilang Banyuasin
Minggu, 4 Februari 2024 12:51 Wib
Pemberdayaan Dusun Sembilang, Kilang Pertamina Plaju raih Nusantara CSR Awards 2023
Minggu, 9 Juli 2023 11:33 Wib
PTBA bersama BTNBS-BPDAS lestarikan hutan mangrove di Pulau Alanggantang
Rabu, 21 Desember 2022 13:31 Wib
Kapal KRI Sembilang-850 selamatkan ABK KLM Maju Indah di perairan Ketapang
Rabu, 13 Juli 2022 8:46 Wib
Pemasangan kalung GPS Collar pada gajah Meisi dan Meilani tuntas dua jam
Sabtu, 14 Mei 2022 19:39 Wib
Perusahaan HTI lakukan konservasi buaya senyulong
Minggu, 2 Januari 2022 21:36 Wib
Melestarikan Lanskap Sembilang Dangku
Sabtu, 1 Januari 2022 19:57 Wib
E-Radikasi Tanaman Akasia Di Kawasan Taman Nasional Berbak Sembilang
Kamis, 30 Desember 2021 19:49 Wib