NASA tangguhkan jadwal pendaratan awak ke bulan hingga 2025
Jakarta (ANTARA) - Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) pada Selasa (09/11) waktu setempat mengumumkan tidak akan mengirim astronot kembali ke bulan setidaknya hingga 2025.
“Kami memperkirakan tidak lebih awal dari 2025 untuk Artemis 3, yang akan menjadi pendarat manusia di pendarat demonstrasi pertama yang dimenangkan dalam kompetisi oleh SpaceX,” kata Administrator NASA Bill Nelson, dikutip dari AFP pada Rabu.
Nelson menyebut bahwa penundaan misi tersebut berkaitan dengan gugatan hukum yang diajukan perusahaan Blue Origin milik Jeff Bezos. Hal tersebut telah mendorong pelambatan pekerjaan antara NASA dan SpaceX selama tujuh bulan proses penyelesaian sengketa.
Sebelumnya pada Kamis, seorang hakim federal menolak gugatan Bezos terhadap pemerintah AS. Bezos menggugat atas keputusan NASA yang memberikan kontrak pesawat ruang angkasa untuk pendaratan ke bulan senilai 2,9 miliar dolar AS kepada SpaceX milik miliarder Elon Musk.
NASA mengatakan setelah keputusan hukum tersebut pihaknya akan melanjutkan pekerjaan dengan SpaceX untuk misi pendaratan ke bulan sesegera mungkin.
Nelson yang juga merupakan mantan senator AS dari Florida telah ditunjuk oleh Presiden Joe Biden untuk memimpin badan antariksa tersebut.
NASA memiliki serangkaian misi Artemis dengan tujuan untuk mengembalikan pesawat ruang angkasa berawak bulan. Terakhir melalui program Apollo, NASA telah mengirim enam misi manusia ke bulan dari tahun 1969 hingga 1972.
Pemerintahan Trump pada 2017 memiliki target ambisius yang lebih cepat untuk misi pendaratan manusia ke bulan, dari yang semula 2028 menjadi 2024. Pengumuman NASA pada Selasa itu menandakan target berubah satu tahun lebih lambat.
Pada September, NASA telah memutuskan untuk membagi departemen luar angkasa manusia menjadi dua entitas terpisah, yang satu berfokus pada misi besar ke bulan dan Mars sementara yang lain berfokus pada pekerjaan di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) dan operasi lain yang lebih dekat ke Bumi.
Reorganisasi tersebut mencerminkan hubungan yang berkembang antara perusahaan swasta seperti SpaceX yang semakin mengkomersialkan perjalanan ruang angkasa dan badan antariksa yang telah menjalankan monopoli AS atas penerbangan luar angkasa selama beberapa dekade.
Oleh :
Editor : Ida Nurcahyani
“Kami memperkirakan tidak lebih awal dari 2025 untuk Artemis 3, yang akan menjadi pendarat manusia di pendarat demonstrasi pertama yang dimenangkan dalam kompetisi oleh SpaceX,” kata Administrator NASA Bill Nelson, dikutip dari AFP pada Rabu.
Nelson menyebut bahwa penundaan misi tersebut berkaitan dengan gugatan hukum yang diajukan perusahaan Blue Origin milik Jeff Bezos. Hal tersebut telah mendorong pelambatan pekerjaan antara NASA dan SpaceX selama tujuh bulan proses penyelesaian sengketa.
Sebelumnya pada Kamis, seorang hakim federal menolak gugatan Bezos terhadap pemerintah AS. Bezos menggugat atas keputusan NASA yang memberikan kontrak pesawat ruang angkasa untuk pendaratan ke bulan senilai 2,9 miliar dolar AS kepada SpaceX milik miliarder Elon Musk.
NASA mengatakan setelah keputusan hukum tersebut pihaknya akan melanjutkan pekerjaan dengan SpaceX untuk misi pendaratan ke bulan sesegera mungkin.
Nelson yang juga merupakan mantan senator AS dari Florida telah ditunjuk oleh Presiden Joe Biden untuk memimpin badan antariksa tersebut.
NASA memiliki serangkaian misi Artemis dengan tujuan untuk mengembalikan pesawat ruang angkasa berawak bulan. Terakhir melalui program Apollo, NASA telah mengirim enam misi manusia ke bulan dari tahun 1969 hingga 1972.
Pemerintahan Trump pada 2017 memiliki target ambisius yang lebih cepat untuk misi pendaratan manusia ke bulan, dari yang semula 2028 menjadi 2024. Pengumuman NASA pada Selasa itu menandakan target berubah satu tahun lebih lambat.
Pada September, NASA telah memutuskan untuk membagi departemen luar angkasa manusia menjadi dua entitas terpisah, yang satu berfokus pada misi besar ke bulan dan Mars sementara yang lain berfokus pada pekerjaan di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) dan operasi lain yang lebih dekat ke Bumi.
Reorganisasi tersebut mencerminkan hubungan yang berkembang antara perusahaan swasta seperti SpaceX yang semakin mengkomersialkan perjalanan ruang angkasa dan badan antariksa yang telah menjalankan monopoli AS atas penerbangan luar angkasa selama beberapa dekade.
Oleh :
Editor : Ida Nurcahyani