WWF mencatat 444 kejadian mamalia laut terdampar di Indonesia dalam lima tahun
Banda Aceh (ANTARA) - Yayasan WWF Indonesia menyebutkan sekitar 444 kejadian mamalia laut terdampar di seluruh Indonesia dalam kurun waktu lima tahun terakhir, sehingga sangat dibutuhkan penanggap pertama (first responder) yang memiliki keahlian dalam penanganannya.
"Data kita dalam lima tahun terakhir ada sekitar 444 kejadian mamalia laut terdampar di Indonesia," kata Spesialis Konservasi Penyu dan Mamalia Laut WWF Indonesia Dwi Suprapti saat pelatihan penanganan mamalia laut terdampar di Banda Aceh, Selasa.
Dwi menjelaskan dari data tersebut hanya 85 kejadian mamalia laut yang terdampar dalam kondisi hidup, namun mayoritasnya mamalia tersebut terdampar dalam kondisi telah mati.
"Dari 85 kejadian itu, sebagian besar berhasil ditangani dan berhasil dilepasliarkan kembali ke laut," katanya.
Yang paling banyak terdampar itu mamalia jenis dugong atau duyung, lebih 130 kejadian di seluruh Indonesia dalam lima tahun terakhir, katanya lagi.
Menurut Dwi dalam setiap kejadian terdampar, respon cepat dari tenaga medis dan relawan memiliki peranan penting yang mempengaruhi tingkat keselamatan (survival rate) satwa.
Selama ini, kata dia, umumnya relawan di lapangan melakukan penanganan yang cepat, namun belum tentu akurat, sehingga menyebabkan cedera terhadap mamalia yang terdampar maupun penolongnya.
Oleh karena itu, Dwi menilai saat ini sangat penting dilakukan peningkatan kapasitas kemampuan penanggal pertama dalam penanganan, sekaligus upaya penyelamatan mamalia laut terdampar di wilayah Tanah Air.
“Harapan kita tim penanggap pertama ini tidak hanya memiliki skill pertolongan yang cepat, tapi juga tepat, sehingga mamalia bisa kembali ke habitatnya dan harapan peluangnnya menjadi tinggi,” kata Dwi.
Sejak 2013 hingga sekarang, Dwi menyebutkan terdapat sekitar 1.200 orang yang telah berkompeten sebagai tenaga first responder di berbagai wilayah Indonesia.
"Data kita dalam lima tahun terakhir ada sekitar 444 kejadian mamalia laut terdampar di Indonesia," kata Spesialis Konservasi Penyu dan Mamalia Laut WWF Indonesia Dwi Suprapti saat pelatihan penanganan mamalia laut terdampar di Banda Aceh, Selasa.
Dwi menjelaskan dari data tersebut hanya 85 kejadian mamalia laut yang terdampar dalam kondisi hidup, namun mayoritasnya mamalia tersebut terdampar dalam kondisi telah mati.
"Dari 85 kejadian itu, sebagian besar berhasil ditangani dan berhasil dilepasliarkan kembali ke laut," katanya.
Yang paling banyak terdampar itu mamalia jenis dugong atau duyung, lebih 130 kejadian di seluruh Indonesia dalam lima tahun terakhir, katanya lagi.
Menurut Dwi dalam setiap kejadian terdampar, respon cepat dari tenaga medis dan relawan memiliki peranan penting yang mempengaruhi tingkat keselamatan (survival rate) satwa.
Selama ini, kata dia, umumnya relawan di lapangan melakukan penanganan yang cepat, namun belum tentu akurat, sehingga menyebabkan cedera terhadap mamalia yang terdampar maupun penolongnya.
Oleh karena itu, Dwi menilai saat ini sangat penting dilakukan peningkatan kapasitas kemampuan penanggal pertama dalam penanganan, sekaligus upaya penyelamatan mamalia laut terdampar di wilayah Tanah Air.
“Harapan kita tim penanggap pertama ini tidak hanya memiliki skill pertolongan yang cepat, tapi juga tepat, sehingga mamalia bisa kembali ke habitatnya dan harapan peluangnnya menjadi tinggi,” kata Dwi.
Sejak 2013 hingga sekarang, Dwi menyebutkan terdapat sekitar 1.200 orang yang telah berkompeten sebagai tenaga first responder di berbagai wilayah Indonesia.