Washington (ANTARA) - Penerima vaksin COVID-19 Johnson & Johnson akan memiliki respons antibodi penetralisir yang lebih kuat jika mereka diberi dosis penguat (booster) vaksin mRNA, Axios melaporkan pada Kamis, mengutip sumber yang melihat data Institut Kesehatan Nasional AS (NIH).
J&J meminta Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) agar menyetujui vaksin dosis tunggal mereka sebagai booster.
NIH akan memaparkan data perbandingan (mix-and-match) ke panel penasihat FDA untuk mendapat pertimbangan pada Jumat, kata Axios.
Ada keterbatasan pada data NIH itu, kata laporan tersebut.
Antibodi penetralisir hanya mencegah virus masuk ke dalam sel dan bereplikasi, sementara laporan Axios mengatakan belum jelas berapa lama respons itu akan berlangsung.
NIH, FDA, dan J&J belum memberikan komentar.
Vaksin dua dosis buatan Pfizer/BioNTech dan vaksin Moderna menggunakan teknologi mRNA.
Pakar di luar FDA juga akan membahas perlu tidaknya dosis tambahan vaksin Moderna pada Jumat.
Ilmuwan FDA mengatakan bahwa Moderna belum memenuhi semua kriteria dari badan tersebut untuk mendukung penggunaan booster vaksin COVID-19 mereka, kemungkinan karena efikasi dua dosis pertama vaksin itu masih kuat.
Sumber: Reuters
Berita Terkait
Adu ancaman serangan, Tottenham vs Fulham 1-1
Senin, 2 Desember 2024 7:38 Wib
Jaga keberlangsungan Sungai Enim, Pemkab Muara Enim tanam pohon dan tebar benih ikan
Kamis, 14 November 2024 15:03 Wib
Jalen Johnson bawa Hawks akhiri rentetan kekalahan
Senin, 4 November 2024 11:55 Wib
Adu akting memukau Dakota Johnson - Sean Penn dalam film "Daddio"
Senin, 8 Juli 2024 11:28 Wib
Pebasket naturalisasi Jamarr Andre Johnson jadi mualaf
Jumat, 20 Januari 2023 14:51 Wib
Dwayne Johnson beri hadiah Natal marmut untuk kedua putrinya
Selasa, 27 Desember 2022 10:35 Wib
Miami Heat jadi korban kedua kebangkitan Spurs
Minggu, 11 Desember 2022 22:15 Wib
Rahasia diet Dwayne Johnson untuk jadi "Black Adam"
Sabtu, 19 November 2022 14:49 Wib