Jakarta (ANTARA) - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BBRI optimistis aksi penambahan modal perseroan melalui hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue akan mampu menaikkan valuasi saham perseroan ke depan.
"Dengan potensi pertumbuhan ekosistem ultramikro yang masih besar, tentu akan menjadi pendorong positif bagi pertumbuhan bisnis BRI dan diharapkan akan berdampak pada kenaikan valuasi saham BRI ke depan," kata Direktur Keuangan BRI Viviana Dyah Ayu Retno dalam Public Expose Live 2021 di Jakarta, Kamis.
Oleh karena itu, lanjut Viviana, perseroan berharap para investor dapat memanfaatkan peluang tersebut untuk berperan serta dalam pembentukan ekosistem ultramikro melalui partisipasi dalam rights issue BRI.
Pada Kamis merupakan recording date atau tanggal terakhir dari pendaftaran atas pemilikan saham dalam daftar pemegang saham perusahaan yang berhak atas penjatahan HMETD
"Excercise period akan dilaksanakan mulai minggu depan, 13-22 September 2021. Periode ini merupakan periode di mana pemegang saham yang memiliki HMETD yang tercatat pada record date tadi, dapat mengeksekusi HMETD tersebut. Dengan timeline ini, kami berharap proses ini dapat berakhir pada 29 September 2021," ujar Viviana.
BRI menawarkan sebanyak-banyaknya 28,213 miliar saham baru Seri B atas nama dengan nilai nominal Rp50 per saham atau sebanyak-banyaknya 18,62 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) I.
Harga pelaksanaan rights issue BBRI yakni Rp3.400 per lembar saham. Pemerintah akan melaksanakan seluruh haknya sesuai dengan porsi kepemilikan sahamnya dalam BRI dengan cara penyetoran saham dalam bentuk lain selain uang (inbreng) sesuai PP No. 73/2021.
Seluruh saham Seri B milik pemerintah dalam PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM akan dialihkan kepada BRI melalui mekanisme inbreng.
Nilai total PMHMETD I yang telah memperhitungkan inbreng serta eksekusi hak pemegang saham publik adalah sebanyak-banyaknya sebesar Rp95,92 triliun.
Dirinci dari total dana tersebut, nilai inbreng sebesar Rp54,77 triliun dan sisanya Rp41,15 triliun apabila seluruh pemegang saham publik mengeksekusi haknya sesuai porsi masing-masing.
Dana hasil dari aksi korporasi itu di antaranya akan dimanfaatkan oleh BRI untuk pembentukan holding BUMN ultramikro (UMI) bersama Pegadaian dan PNM.
"Dana hasil penawaran umum terbatas yang akan kami terima akan kami gunakan untuk dua hal. Yang pertama untuk pembentukan holding ultramikro itu sendiri melalui penyertaan saham dalam Pegadaian dan PNM sebagai konsekuensi dari inbreng yang dilakukan oleh pemerintah. Selebihnya, dalam bentuk uang tunai akan kita gunakan sebagai modal kerja dalam rangka pengembangan ekosistem ultramikro serta bisnis mikro dan bisnis kecil," kata Viviana.
Berita Terkait
Sekitar 4 persen penduduk Gaza tewas, terluka dan hilang
Sabtu, 6 Januari 2024 15:19 Wib
Government to expedite COVID-19 vaccination at South Sumatra's prisons
Jumat, 29 April 2022 12:13 Wib
Dirjen IKP Kominfo: Hak Penerbit bisa dorong kesejahteraan dan kualitas media Indonesia
Kamis, 14 April 2022 4:01 Wib
PWI minta Presiden instruksikan kementerian proses "publisher rights"
Rabu, 9 Februari 2022 11:14 Wib
Dirut BRI: Rights issue BRI kelebihan permintaan 1,53 persen
Rabu, 29 September 2021 13:39 Wib
BRI torehkan sejarah "rights issue" terbesar di Asia Tenggara
Jumat, 24 September 2021 10:14 Wib
Potensi UMi besar, BRI optimistis right issue terserap optimal
Senin, 20 September 2021 13:57 Wib
Saham BBRI dinilai layak dikoleksi seiring prospek holding ultra mikro
Minggu, 5 September 2021 21:00 Wib