Dinkes sebut vaksin AstraZeneca yang didistribusikan di Sumsel aman

id Vaksin sumsel, Vaksin astrazeneca, astrazeneca sumsel, dinkes sumsel,COVID-19 sumsel,Yusri, vaksin tni polri,Stok vaksin

Dinkes sebut vaksin AstraZeneca yang didistribusikan di Sumsel aman

Petugas kesehatan menyuntikan vaksin COVID-19 kepada seorang anggota Polri, di Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (4/3/2021). (ANTARA/Nova Wahyudi/21)

Semuanya aman-aman saja, walau dulu sempat ada kasus tapi terbukti bukan karena efek vaksin, tapi faktor penyakit
Palembang (ANTARA) - Dinas Kesehatan Sumatera Selatan menyebut Vaksin AstraZaneca yang didistribusikan ke berbagai daerah masih aman dan berbeda dari vaksin yang ditunda sementara waktu pemakaiannya oleh pemerintah pusat.

Kasi Survailans dan Imunisasi Dinkes Sumsel Yusri di Palembang, Senin, mengatakan Vaksin AstraZeneca di Sumsel merupakan batch atau kumpulan produksi berkode CTMAV458, sedangkan Vaksin AstraZeneca yang dihentikan Kemenkes berkode batch CTMAV547.

"Total Vaksin AstraZeneca yang sudah di terima Sumsel sebanyak 330 vial, selanjutnya akan datang lagi 214 vial," ujarnya.

Baca juga: Temuan kasus varian India B1617 di Sumsel tertular dari kontak keluarga
Baca juga: Respon kondisi terkini, Sumsel perpanjang penyekatan arus mudik hingga 31 Mei 2021

Dia mengatakan Vaksin AstraZeneca di Sumsel disuntikkan untuk anggota Polri dan purnawirawan TNI di Kota Palembang, Lubuklinggau, Kabupaten Musi Banyuasin, Ogan Komering Ilir, Muara Enim, Lahat, dan Ogan Komering Ulu.

Hingga saat ini proses penyuntikan masih berlangsung dan berjalan lancar. Pihaknya belum menerima laporan permasalahan pasca-penyuntikan Vaksin AstraZeneca seperti kasus di Jakarta.

Ia meminta masyarakat agar cermat dalam menerima informasi terkait dengan vaksin dan tidak langsung menggeneralisasi semua jenis vaksin hanya karena temuan kasus tertentu.

Ia mengatakan penerima vaksin COVID-19 di Sumsel, baik Sinovac maupun AstraZeneca, telah mencapai 238.000 orang lebih di 17 kabupaten/kota.

"Semuanya aman-aman saja, walau dulu sempat ada kasus tapi terbukti bukan karena efek vaksin, tapi faktor penyakit," kata dia.