Musi Banyuasin bangun embung dan sumbur bor di lokasi rawan terbakar

id kebakaran,karhutla,kebakaran hutan dan lahan,karhutla sumsel,embung,sumur bor,berita sumsel, berita palembang, antara sumsel, antara palembang, antara

Musi Banyuasin bangun embung dan  sumbur bor di lokasi rawan terbakar

Ilustrasi - Asap membumbung tinggi dari lahan yang terbakar di Muara Medak, Bayung Lincir, Musi Banyuasin (Muba), Sumatera Selatan, Rabu (14/8/2019). ANTARA FOTO/Nathan/Lmo/ama.

Sekayu, Sumsel (ANTARA) - Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, membangun sejumlah embung dan sumur bor di lokasi rawan bencana kebakaran hutan dan lahan dengan menggunakan dana alokasi khusus dari APBN.

Plt Kepala Dinas Perkebunan Ahmad Toyibir di Sekayu, Sumsel, Kamis, mengatakan, terdapat sembilan kelompok tani yang diberikan bantuan untuk pembangunan embung dan sumur bor itu.

Lokasi sumur bor itu di antaranya berada di Desa Macang Sakti Kecamatan Sanga Desa (Kelompok UPPB), Desa Kasmaran Kecamatan Babat Toman (Kelompok Tani Alhamdulillah), Desa Kasmaran Kecamatan Babat Toman (Kelompok Tani Sidomoro), dan Desa Toman Kecamatan Babat Toman (Kelompok Tani Bayung Jaya).

"Fasilitas ini sangat dibutuhkan karena menjadi sumber air saat karhutla terjadi. Oleh karena itu, ketika mendapatkan usulan dari desa, langsung kami teruskan ke pemerintah pusat," kata dia.

Selama ini, ketiadaan air menjadi kendala utama pemadaman karhutla. Padahal, jika ada embung dan sumur bor maka kebakaran dapat dipadamkan sebelum sempat membesar.

"Saat ini, pengerjaan embung dan sumur bor masih berlangsung. Pembangunan dilakukan di lahan milik kelompok tani secara swakelola atau tidak tidak menggunakan pihak ketiga atau rekanan,” kata dia.

Sejauh ini, proses pembangunan sembilan embung dan sembilan sumur bor tersebut sudah mencapai 60 persen.

Bupati Musi Banyuasin Dodi Reza Alex mengatakan penyediaan sarana dan prasarana pencegahan dan penanggulangan karhutla menjadi perhatian Kabupaten Muba karena pola penanganan bencana saat ini lebih mengedepankan mitigasi.

"asyarakat terus diedukasi untuk tidak menerapkan cara bakar saat membuka lahan, sementara perusahaan diminta untuk menyiapkan sarana dan prasarana karhutla. Tentu akan ada sanksi tegas berupa sanksi pidana jika tidak patuh," kata dia.

Musim kemarau basah yang terjadi pada 2020, berdampak besar terhadap penurunan jumlah titik hot spot penyebab kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Sumsel.

Untuk tahun ini, jumlah hot spot hanya mencapai 4.232 titik atau turun jauh dari 2019 yang mencapai 17.024 titik.