Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pertanian (Kementan) RI mengatakan setiap pihak dan pemangku kepentingan harus bisa mengoptimalkan sumber pangan lokal di masa pandemi COVID-19 sebagai bentuk antisipasi atas kerentanan sistem pangan.
“Pemerintah daerah berkoordinasi dengan pemerintah pusat dan sejumlah pemangku kepentingan harus mengupayakan pemanfaatan pangan lokal secara masif,” kata Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP), Kementerian Pertanian, Dr Ir Agung Hendriadi melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu.
Ia mengatakan kebijakan tersebut dapat disesuaikan dengan kebudayaan pangan lokal daerah misalnya ubi kayu, jagung, sagu, pisang, kentang dan sorgum.
Apalagi, tiap-tiap provinsi terbiasa mengonsumsi komoditas karbohidrat non-beras tertentu. Sehingga, pihak terkait tinggal mendorong bagaimana upaya meningkatkan produksi komoditas itu serta mengolahnya agar dapat dikonsumsi secara masif.
Pemerintah tidak memungkiri bahwa pandemi berkepanjangan dapat menimbulkan krisis pangan di Indonesia. Sebagai contoh program perluasan area tanam baru sekitar 165.000 hektare di Provinsi Kalimantan Tengah yang merupakan salah satu upaya peningkatan ketersediaan pangan.
“Pengembangan lahan rawa di Kalimantan Tengah adalah contoh penambahan perluasan area tanam baru. Luas areal tanam baru ini bisa untuk padi, jagung, bawang merah dan cabai,” kata dia.
Secara umum, terganggunya sistem logistik dan rantai pasok pangan memang salah satu dampak nyata dari pandemi COVID-19 dan masih terus berlangsung hingga saat ini. Bahkan, pada dua bulan pertama setelah pandemi, indeks ketahanan pangan nasional sempat turun dari 44,10 menjadi 40,10.
Hal itu disebabkan adanya kekagetan dari masyarakat yang mengurangi konsumsi pangan mereka. Tetapi kemudian telah terjadi peningkatan indeks ketahanan pangan dari April hingga Agustus.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal United Cities and Local Governments Asia Pacific (UCLG ASPAC) Dr Bernadia Irawati Tjandradewi mengatakan distribusi pangan yang belum merata di Indonesia juga dikhawatirkan akan menyebabkan kelebihan atau kekurangan komoditas pangan di sejumlah daerah.
Ia mengingatkan bahwa potensi krisis pangan baik di Indonesia maupun di dunia bisa terjadi tidak hanya karena pandemi COVID-19, tetapi juga karena perubahan iklim secara global.
“Terganggunya sistem logistik pangan dan rantai pasok pangan menyebabkan masyarakat kehilangan akses pangan,” ujarnya.
Berita Terkait
Perpusnas dorong pembuatan buku berbasis nilai lokal, kolaborasi penulis-penerbit-perpustakaan terjalin
Selasa, 19 Maret 2024 23:05 Wib
Festival Bedug, potensi kearifan lokal dan tradisi
Sabtu, 16 Maret 2024 11:50 Wib
BRIN teliti manfaat daun kelor untuk atasi stunting dan anemia
Jumat, 8 Maret 2024 9:24 Wib
Kearifan lokal ringankan korban bencana kebakaran di Mukomuko
Sabtu, 24 Februari 2024 17:54 Wib
Reality Club wakili Indonesia di SXSW Music Festival 2024
Jumat, 23 Februari 2024 13:21 Wib
Musi Rawas rangkul UKM untuk hasilkan produk lokal unggulan
Minggu, 18 Februari 2024 23:27 Wib
Otorita IKN gandeng ANTARA dan mitra kembalikan kejayaan buah lokal
Senin, 18 Desember 2023 11:29 Wib
Disbudpar Sumsel sebut masyarakat di 17 kabupaten kembangkan desa wisata
Sabtu, 9 Desember 2023 17:56 Wib