Jakarta (ANTARA) - Pertunjukan musik virtual Soundstream episode kedua kembali hadir dengan menampilkan grup musik yang pernah dinobatkan menjadi jagoan pensi pada era 2000an, pada Sabtu (15/8) malam.
Kedua grup musik itu adalah The Brandals dan Goodnight Electric yang tampil masing-masing membawakan lima lagu dalam konser virtual yang telah direkam sebelumnya tersebut.
Pertunjukan dibuka dengan The Brandals yang memainkan "Lingkar Labirin" sebagai pembuka penampilan. Band asal Bandung yang dikomandoi oleh Eka Annash itu tampil penuh tenaga.
"Mari kita ajak yang nonton kebut-kebutan," kata Eka Annash sebelum menyanyikan lagu "100 km/jam" dari album pertama sebagai lagu selanjutnya.
Berikutnya giliran Goodnight Electric yang tampil dengan membawakan sejumlah lagu dari album barunya bertajuk "Misteria".
Grup musik elektronik asal Jakarta ini membuka penampilan berturut-turut dengan lagu "Dopamin" dan "Erotika" yang merupakan lagu andalan di album terbaru.
Goodnight Electric yang hadir dengan formasi baru setelah masuknya Vincent Rompies, Hans, dan Priscilla Jamail itu tampil dengan aransemen musik yang menyegarkan telinga.
Dalam konser virtual ini kedua grup musik juga tampil berkolaborasi dengan bintang tamu, seperti ketika The Brandals membawakan "24.00 Lewat" berkolaborasi dengan Jimi Multhazam yang dikenal sebagai vokalis The Upstairs.
"Kita mau undang di lagu berikut lagu '24.00 lewat'. Kita mengundang vokalis dari The Upstairs Jimi Multhazam," ujar Eka Annash setelah membawakan lagu "100% Kontrol".
The Brandals juga berkolaborasi dengan bassis grup musik .Feast Awan di lagu "Retorika" yang menjadi lagu terakhir dalam penampilannya di Soundstream episode kedua.
Sementara itu, Goodnight Electric juga mengobati rindu penggemarnya dengan membawakan dua lagu lama dari album perdana mereka yang rilis tahun 2004, yaitu "Bedroom Avenue" dan "Rocketship Goes By" yang dibawakan berkolaborasi dengan Jimi Multhazam.
Selama kurang lebih 45 menit penonton dimanjakan dengan penampilan dua grup musik jagoan pensi. Meski hanya sebatas virtual, namun hal itu cukup mengobati nostalgia dan kerinduan sambil mengingat kembali zaman kejayaan band-band pengisi pensi pada masanya.