London (ANTARA) - Vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Universitas Oxford, Inggris, dengan lisensi AstraZeneca menunjukkan hasil yang menjanjikan dengan memproduksi respons imun untuk melawan virus corona dalam uji coba pertama terhadap manusia, demikian pihak Oxford memaparkan pada Senin (20/7).
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, yang pemerintahannya memberikan pendanaan untuk proyek pengembangan vaksin Oxford, memuji hal tersebut sebagai "kabar yang amat positif". Walaupun, para peneliti menekankan hal ini masih hasil uji tahap awal.
"Masih banyak hal yang harus dilakukan sebelum kami dapat mengonfirmasi apakah vaksin ini dapat membantu menghadapi pandemi COVID-19. Kami masih belum tahu seberapa kuat respons imun yang diperlukan untuk secara efektif memberi perlindungan dari infeksi SARS-CoV-2," kata Sarah Gilbert, pengembang vaksin dari Universitas Oxford.
Baca juga: Erick Thohir: Vaksin COVID beredar 2021, protokol kesehatan tetap penting
Vaksin bernama AZD1222 itu diujikan kepada 1.077 orang dewasa sehat berusia 18-55 tahun tanpa riwayat infeksi COVID-19. Data menunjukkan bahwa vaksin ini memunculkan respons antibodi dan imun sel T, serta tidak menimbulkan efek samping yang serius.
Walaupun begitu, para peneliti menyebut AZD1222 menyebabkan efek samping ringan yang lebih sering muncul daripada kelompok terkontrol, tetapi sebagian efek tersebut dapat dikurangi dengan penggunaan parasetamol.
Hasil uji coba tahap awal tersebut menunjukkan respons imun yang lebih kuat pada sepuluh orang yang diberikan dosis ekstra setelah 28 hari, seperti pengujian yang sebelumnya dilakukan terhadap babi.
Gilbert juga mengatakan bahwa uji coba tahap awal pada manusia ini belum dapat menentukan apakah dosis standar atau dosis ekstra yang dibutuhkan untuk membentuk ketahanan tubuh terhadap virus penyebab COVID-19.
Baca juga: Jokowi bubarkan 18 tim kerja, badan, dan komite
"Mungkin saja kami tidak membutuhkan dosis ekstra, namun kami ingin mengetahui bahwa kami dapat mencapai hal itu," ujar Gilbert.
Vaksin AZD1222 telah disebut oleh kepala ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai kandidat utama dari sejumlah vaksin COVID-19 yang dikembangkan negara-negara di dunia.
Saat ini, sekitar 150 vaksin yang potensial tengah berada dalam tahap pengembangan yang beragam. Perusahaan farmasi asal AS, Pfizer, dan CanSino Biologics asal China, misalnya, juga melaporkan data hasil uji yang positif pada vaksin mereka masing-masing.
Sementara AstraZeneca sendiri telah menandatangani kesepakatan dengan pemerintah negara-negara di dunia untuk memasok dua juta dosis vaksin setelah AZD1222 teruji efektif serta disetujui secara regulasi. Perusahaan itu menyebut tidak akan mencari untung dari vaksin dalam masa pandemi ini.
Pascal Soriot, pimpinan eksekutif AstraZeneca, menyatakan bahwa perusahaannya menjadwalkan untuk memproduksi dosis vaksin per September, namun ketersediaannya tahun ini akan bergantung pada seberapa cepat uji coba tahap akhir dilakukan.
Sumber: Reuters
Baca juga: Komite dibentuk Presiden terdiri dari tiga unsur
Baca juga: Jokowi beri dua kewenangan ke Satgas COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi
Berita Terkait
Delapan manfaat memiliki asuransi perjalanan
Senin, 24 Juni 2024 12:23 Wib
BRI nilai restrukturisasi kredit dampak COVID-19 telah selamatkan UMKM
Senin, 1 April 2024 15:15 Wib
BRI siapkan strategi jelang berakhirnya restrukturisasi COVID-19
Selasa, 20 Februari 2024 11:07 Wib
Guru Besar UGM: AI dan big data bisa percepat pengembangan obat baru
Sabtu, 10 Februari 2024 11:19 Wib
Dinkes Sumsel temukan 28 kasus aktif COVID-19 pada Januari 2024
Rabu, 31 Januari 2024 23:24 Wib
Peneliti UGM: Limbah rumah tangga bisa deteksi COVID-19
Selasa, 30 Januari 2024 20:44 Wib
Dinkes Sumsel temukan 15 kasus aktif COVID-19 di awal 2024
Kamis, 11 Januari 2024 19:13 Wib
Dokter imbau masyarakat tak egois hadapi COVID-19 subvarian baru
Selasa, 9 Januari 2024 16:50 Wib