Coba "slow fashion", jalani tiga bulan tidak belanja baju baru

id slow fashion,zero waste indonesia,fashion,tukarbaju,Sustainable fashion, fesyem berkelanjutan,berita sumsel, berita palembang, antara sumsel, antara p

Coba "slow fashion", jalani tiga bulan tidak belanja baju baru

Ilustrasi (Pixabay)

Jakarta (ANTARA) - Komunitas Zero Waste Indonesia (ZWID) mengajak orang-orang untuk berkomitmen tidak membeli pakaian baru selama tiga bulan sebagai implementasi slow fashion untuk mengurangi sampah fesyen dan limbah tekstil.

Gerakan Mulai Dari Lemari ini akan berlangsung mulai 15 Juli hingga 15 Oktober 2020, di mana orang yang ikut berpartisipasi diajak untuk mencari alternatif baju baru, seperti meminjam, menyewa, bertukar, menjahit sendiri, atau membeli baju bekas.

Membeli baju baru pun tetap sah-sah saja, bila memang butuh dan bukan sekadar tergiur tren, terlebih bila membeli dari label fesyen berkelanjutan atau label lokal untuk mendukung wirausaha yang terdampak pandemi COVID-19.

Baca juga: Tanpa baju baru, Penyanyi Maia Estianty rayakan Lebaran

"Seiring berkembangnya zaman, industri fesyen bergulir begitu cepat. Berbagai label gencar mengeluarkan koleksi barunya demi mengikuti tren. Fesyen Cepat (fast fashion) menjadi sesuatu yang banyak diminati berimbas pada perilaku konsumerisme dimana orang-orang membeli pakaian baru demi mengikuti tren semata dengan jumlah lebih dari yang mereka butuhkan," ujar Maurilla Sophianti Imron, pendiri Komunitas Zero Waste Indonesia, dalam siaran resmi yang dikutip ANTARA, Minggu.

"Padahal industri tekstil merupakan salah satu penyumbang polusi terbesar di dunia. Jika terus menerus seperti ini bukankah tidak baik juga untuk diri sendiri dan lingkungan?" lanjut dia.

Melansir dari Global Fashion Agenda, limbah tekstil akan diperkirakan bertambah sebanyak 60 persen antara 2015 sampai 2030.

Gerakan ini diharapkan bisa diikuti setidaknya 5.000 orang yang mendaftarkan komitmennya hingga 14 Juli bisa berkontribusi memperpanjang umur pakaian hingga 9 bulan dan dapat mengurangi emisi karbon global hingga 30 persen.

Orang-orang diajak untuk menjadi konsumen yang lebih bijak dan memaksimalkan pakaian yang ada. Membeli baju baru pun tak masalah, selama didorong oleh kebutuhan, bukan cuma keinginan atau sekadar ikut-ikutan tren.

"MDL bukan anti baju baru tapi sebuah pengingat diri," kata Amanda Zahra Marsono, Head of Public Relations and Marketing juga Project Manager #TukarBaju kepada ANTARA.

Menurut Amanda, kampanye ini fokus kepada pembentukan kesadaran mengenai implementasi Fesyen Lambat dalam konsep Fesyen Berkelanjutan.

Orang-orang yang telah mendaftarkan komitmennya punya kontrol penuh mengenai konsumsi pakaian sesuai kenyamanan berproses dan kebutuhan masing-masing. Diharapkan gerakan ini bisa memberikan kesadaran bahwa berkontribusi untuk lingkungan juga bisa dimulai dari lemari pakaian sendiri.

Baca juga: Baju Lebaran masih jadi buruan di tengah pandemi, terutama bagi kaum hawa
Baca juga: Busana muslim simpel, longgar dan berwarna pastel jadi tren