Sistem resi gudang atasi masalah komoditas kopi

id komoditas kopi,resi gudang,mantan mentan

Sistem resi gudang atasi masalah komoditas kopi

Petani sedang memetik biji kopi di Lahat, Sumatera Selatan. (ANTARA FOTO/Feny Selly/kye)

Jadi intinya resi gudang itu kan ingin membantu petani menyimpan kopinya itu, kemudian menjual kopinya pada saat harga kopinya bagus
Jakarta (ANTARA) - Mantan Menteri Pertanian Anton Apriantono mengusulkan pengoptimalan sistem resi gudang dalam rangka mengatasi berbagai permasalahan yang sedang menerpa komoditas kopi Nusantara, seperti indikasi turunnya ekspor komoditas tersebut di tengah pandemi COVID-19.

"Kalau kita bicara gambaran besarnya, sekarang ini yang diekspor sudah banyak menurun, hanya sekitar 40-50 persen, sebelumnya 60 persen bahkan 70 persen. Bagaimana menyerap produksi kopi yang sekarang sudah mulai panen ? Sekarang ini pembicaraan banyak ke resi gudang," kata Anton Apriantono dalam rilis di Jakarta, Sabtu.

Dalam agenda Kongkow Ngopi Online yang diselenggarakan oleh BPPN Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Anton memberikan beberapa alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi penumpukan kopi, terlebih sebentar lagi para petani akan menghadapi musim panen.

Ia berpendapat bahwa untuk kopi memang hasil panen yang cocok untuk diberlakukan sistem resi gudang karena tahan lama, sehingga dapat membantu petani kopi dalam menyimpan hasil panennya.

"Jadi intinya resi gudang itu kan ingin membantu petani menyimpan kopinya itu, kemudian menjual kopinya pada saat harga kopinya bagus," jelas Anton.

Baca juga: Tren kedai kopi, sumber ekonomi baru Sumatera Selatan

Baca juga: Produktivitas petani kopi Sumatera Selatan masih rendah


Selain itu, ujar dia, fenomena penjualan kopi saset yang meningkat juga bisa dijadikan sebagai alternatif untuk dimanfaatkan momentumnya selama pandemi.

Sebelumnya, kalangan penangkar benih perkebunan meminta pemerintah untuk menyerap bibit yang mereka hasilkan untuk menghindari kerugiaan akibat jutaan bibit tidak tersalur sebagai dampak pemotongan anggaran di Kementerian Pertanian yang dialihkan untuk penanganan COVID-19.

Ketua Umum Perkumpulan Penangkar Benih Tanaman Perkebunan Indonesia (PPBPTI) Badaruddin Puang Sabang mengatakan untuk bulan Apri hingga Mei diperkirakan sekitar 38 juta bibit tersedia di tingkat penangkar.

"Dengan adanya kebijakan pemotongan diperkirakan akan jutaan bibit penangkar yang tidak tersalur dan terancam dimusnahkan, pasalnya untuk bibit tanaman perkebunan ada batas umur dapat disertifikasi dan diedarkan," katanya.

Bibit yang tersebut, tambahnya, telah disediakan sejak tahun lalu untuk agar dapat disalurkan pada awal tahun 2020.

Saat bibit tidak laku, lanjutnya, akan memberikan masalah yang sangat besar termasuk perputaran uang di desa, karena bibit ini ditangkarkan di desa-desa.

Dia mencontohkan di Jember dari 900 ribu bibit kopi yang disediakan penangkar untuk pengadaan program Kementerian Pertanian, hanya 300 ribu yang akan terserap begitu juga di Bangkalan, Jawa Timur, bibit jambu mente sebanyak 15 ribu terancam tidak terserap seluruhnya.