Ambon (ANTARA) - Anggota DPR dari daerah pemilihan Maluku, Mercy Chriesty Barends, meminta pemerintah Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT) lebih berhati-hati untuk menyelesaikan masalah lahan yang dibutuhkan untuk pengembangan Ladang Gas Abadi Blok Masela.
"Pemkab KKT haris lebih berhati-hati dalam menyikapi dan menyelesaikan persoalan berkaitan dengan lahan yang dibutuhkan untuk pengembangan Blok Masela," katanya, saat dimintai tanggapan, di Ambon, Kamis.
Apalagi saat ini, kata Barends yang juga angota Komisi VII DPR, banyak spekulan tanah telah masuk dan "bermain" di kabupaten yang berbatasan dengan Australia itu.
"Kalau mau gampang dan cepat hari ini sudah banyak spekulan tanah yang masuk di KKT. Kalau mau dijual murah terserah dan silahkan saja, tetapi ke depan dampaknya rakyat menjadi korban, kabupaten bahkan provinsi mengalami kerugian cukup besar," ujarnya.
Ia memandang keputusan pemerintah Kabupaten KKT dan DPRD KKT untuk sementara waktu menahan penyelesaian masalah tanah yang dibutuhkan untuk Blok Masela, adalah langkah yang sangat bijak.
Ia mendukung keputusan pemerintah Kabupaten KKT dan DPRD KKTmembuat peraturan daerah untuk melindungi hak-hak ulayat masyarakat adat di daerah tersebut, sebelum menyelesaikan masalah lahan untuk Blok Masela.
Berkaitan kebutuhan lahan untuk pengembangan proyek strategis nasional Blok Masela seluas 1.500 Hektare yang dibutuhkan, dia menyarankan pemerintah Kabupaten KKT dan DPRD KKT dapat meninjau kembali rencana tata ruang wilayah kabupaten itu.
"Kalau RTRW tidak ditinjau kembali dengan pembagian kawasan strategis nasional migas maupun kawasan pengembangan lain, maka bisa terjadi tumpang tindih perencanaan pembangunan ke depan," katanya.
Ia menyarankan pemkab meninjau kembai RTRW dengan memetakan kawasan pemukiman, wilayah pangkalan darat (onshore base) industri migas, pertahanan keamanan maupun wilayah perbatasan dan lain-lain.
Ia menandaskan, KKT merupakan salah satu kabupaten perbatasan yang cukup sentral belakangan ini dan mendapat perhatian serius negara. Makanya Pemkab KKT sudah harus berbenah diri, terutama lebih responsif menyiapkan berbagai perangkat peraturan daerah yang bisa melindungi berbagai hal yang ada disana," katanya.
Sepanjang peraturan daerah tidak memberikan perlindungan terhadap hak-hak masyarakat adat, penyiapan sumber daya manusia dan pengembangan sumber daya alam yang lain baik di darat, laut dan pesisir, maka dampaknya akan menyengsarakan masyarakat Maluku.
"Jangan dikira pengembangan Ladang Gas Blok Masela dengan onshore lalu berdampak cuma di darat. Dari laut sampai ke darat berdampak semua," katanya.
Ia meminta pemerintah Kabupaten KKT serta pemerintah Provinsi Maluku dapat bertindak cepat untuk mengatur berbagai hal menyangkut pengembangan Blok Masela secara baik, sehingga ke depan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan dan marjinalisasi masyarakat adat yang ada di sana.
"Kita tidak ingin apa yang terjadi di tambang Freeport di Provinsi Papua terjadi di Maluku dengan kehadiran Blok Masela," kata Barends.
Berita Terkait
Lokasi kilang Masela telah diputuskan berdasarkan SK gubernur
Senin, 16 Maret 2020 22:25 Wib
Presiden berharap Blok Masela dapat mendorong industri turunan
Jumat, 19 Juli 2019 13:49 Wib
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto prediksi produksi LNG Abadi mulai 2027
Kamis, 18 Juli 2019 15:32 Wib
Presiden Jokowi gembira persetujuan pengembangan Blok Masela tercapai
Selasa, 16 Juli 2019 12:58 Wib
Rencana pengembangan blok Masela direvisi
Sabtu, 13 Juli 2019 8:33 Wib
SKK Migas tandatangani "Head of Agreement" Blok Masela
Minggu, 16 Juni 2019 18:13 Wib
Tenun Ikat Tanimbar dipromosikan di Jepang
Sabtu, 8 April 2017 16:57 Wib
Pertamina belum dapat jawaban bisa kelola Masela
Kamis, 26 Januari 2017 19:52 Wib