NU hadiri Pertemuan agama -agama Ibrahim di Vatikan

id PBNU pertemuan vatikan,pertemuan agama vatikan,sekalipun masyarakat harus tetap memegang teguh prinsip azap praduga bersalah

NU hadiri Pertemuan agama -agama Ibrahim di Vatikan

Katib Aam PBNU Yahya Cholil Staquf melambaikan tangan sebelum mengikuti proses pelantikan sebagai anggota Wantimpres oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Kamis (31/5/2018). Yahya Cholil Staquf diangkat menjadi anggota Wantimpres untuk menggantikan almarhum KH Hasyim Muzadi yang wafat. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)

Jakarta (ANTARA) - Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf dijadwalkan hadir sebagai pembicara dalam Pertemuan Tingkat Tinggi Agama-agama Ibrahim di Vatikan 14-17 Januari.

"Sebenarnya, ini undangan kedua ke Vatikan sejak saya bertemu Paus bulan September tahun lalu. Oktober tahun lalu saya juga diundang ke Vatikan untuk mengikuti konvensi tentang euthanasia, tapi saya berhalangan hadir karena terikat tugas di Tanah Air," kata Gus Yahya dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin.

Ia menjadi salah satu dari enam tokoh wakil dunia Islam yang diundang untuk memberikan kontribusi pemikiran tentang gerakan bersama untuk perdamaian dunia.

Gus Yahya mengatakan undangan kali ini harus hadir karena agenda Vatikan kali ini luar biasa penting.

Menurut dia, pertemuan kali ini diinisiasi oleh "Multi-Faith Neighbours Network" atau Jaringan Tetangga Antaragama.

"Tokoh-tokoh dari tiga agama Ibrahim (Islam, Kristen dan Yahudi) akan bertemu dan bermusyawarah untuk membangun gerakan bersama bagi perdamaian," kata Gus Yahya yang juga Duta Gerakan Pemuda Ansor untuk Dunia Islam.

Penyelenggara, kata dia, menyatakan bahwa partisipasinya dalam Pertemuan Tingkat Tinggi ini mutlak diperlukan.

Pastor Bob Roberts atas nama Multi-Faith Neighbours Network menyebut reputasi baik dari Gus Yahya yang mendunia dalam humanitarian Islam.

Katib Aam PBNU itu menjelaskan pada hakikatnya agama diturunkan sebagai anugerah Tuhan untuk menolong umat manusia dalam mencari jalan keluar dari masalah-masalah mereka.

Namun, lanjut dia, karena kelemahan dalam sifat dasar manusia, agama dalam perjalanan sejarahnya kemudian direduksi oleh para pemeluknya menjadi sekadar identitas kelompok dan dijadikan alasan untuk bersaing dan bertarung melawan kelompok yang dianggap berbeda identitasnya.

"Pada titik itulah, agama menjadi sumber konflik. Sebab itu, kita harus memerdekakan agama dari jerat posisi sebagai sumber masalah dan mengembalikannya kepada tujuan hakiki sebagai landasan untuk memecahkan masalah," katanya.