Denpasar (Antarasumsel.com) - Bentara Budaya Bali, lembaga kebudayaan nirlaba Kompas-Gramedia di Ketewel, Kabupaten Gianyar, menggelar pemutaran film mengusung tema "Guru dan Pendidikan" guna memaknai Hari Pendidikan Nasional.
"Pemutaran film selama dua hari, 18-19 Mei itu, mendapat perhatian besar dari masyarakat, khususnya kalangan pelajar," kata penata acara tersebut, Juwitta K. Lasut, di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan sejumlah film yang diputar umumnya mengungkapkan kisah seputar guru dan pendidikan berikut problematik kehidupan kesehariannya.
Selain itu, ada film fiksi, dokumenter yang berasal dari tiga negara, yakni Indonesia, India, dan Prancis.
Film-film tersebut, antara lain "Si Mamad" (Indonesia, fiksi, 1973, durasi 110 menit, sutradara Sjuman Djaja), "Sokola Rimba" (Indonesia, fiksi, 2013, durasi 90 menit, sutradara Riri Riza), "Sokola Dilao" (Indonesia, dokumenter, 2015, durasi 13 menit, sutradara Tomy Almijun Kibu).
Film tersebut telah meraih berbagai penghargaan nasional maupun internasional, serta diputar dalam sejumlah festival. Kegiatan tersebut mendapat dukungan dari Pusat Perfilman Sinematek Indonesia, Bioskop Keliling, BPNB Bali, NTB, NTT, Kemendikbud RI.
Pemutaran film tersebut juga diisi dengan dialog bersama pembicara Gede Basuyoga Prabhawita, S.Sn,M.Sn, dosen Jurusan Film dan Televisi FSRD Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar.
Gede Basuyoga pernah memperoleh penghargaan sebagai penata kamera pada Karya Terbaik I Film "Valdano", Seni Media Rekam dalam Kegiatan Pameran Seni Rupa Dies Natalies ISI Surakarta ke-46, sebagai penulis naskah "Pilihanku" yang memperoleh penghargaan Film Terbaik Salam Award I ISI Surakarta (2011).
Film Terfavorit Salam Award I ISI Surakarta (2011), Nomine Tarung Solo Festival Film Solo (2012), Nomine Salatiga Film Festival (2012), dan sebagai penulis naskah pada video "Menebar Kasih Menuai Cinta".
Ia juga menjuarai Kontes Video Iklan Layanan Masyarakat "Great Love Award 2016" oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat.
Menurut koordinator pemutaran film, Vanesa Martida, kemajuan sebuah bangsa tidak terlepas dari peran guru yang membentuk karakter generasi penerus.
Tanpa figur pendidik penuh dedikasi serta sabar mengayomi, katanya, boleh jadi tidak akan lahir generasi yang tercerahkan sebagaimana catatan sejarah pendirian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.