Palembang (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) mengembangkan teknologi padi apung guna meningkatkan indeks pertanaman di wilayah tersebut.
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumsel Bambang Pramono di Palembang, Selasa, mengatakan penerapan padi apung menjadi salah satu solusi menghadapi kondisi iklim yang tidak menentu serta minimnya lahan kering di daerah tersebut.
“Padi apung ini akan terus kita kembangkan. Meskipun secara ekonomis belum menguntungkan karena media apungnya masih mahal, namun potensinya sangat besar untuk lahan rawa di Sumsel,” katanya.
Ia menjelaskan saat ini media yang digunakan untuk padi apung antara lain styrofoam, plastik, dan papan serat HDF, yang memang masih memiliki biaya tinggi. Namun, penggunaan styrofoam cukup efisien karena dapat dipakai hingga 10 kali panen atau sekitar lima tahun.
“Dengan perhitungan itu, ke depan biaya bisa lebih murah dan kita berharap teknologi ini bisa dikembangkan secara masif,” jelasnya.
Selan itu, pihaknya tengah berkolaborasi dengan Universitas Sriwijaya (Unsri) dan sejumlah perguruan tinggi lainnya di Sumsel untuk meneliti bahan media apung alternatif yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan.
“Sekarang kita fokus mencari media apung yang paling optimal. Kalau tantangan biaya bisa kita atasi, maka teknologi ini bisa diterapkan lebih luas,” ujarnya.
Menurutnya, pengembangan padi apung diyakini dapat meningkatkan indeks pertanaman (IP) di Sumsel yang saat ini baru mencapai 1,22 kali tanam per tahun.
“Artinya baru 22 persen lahan yang bisa tanam dua kali dalam setahun. Kalau padi apung berhasil, IP bisa meningkat menjadi 1,5 atau bahkan 100 persen,” ucapnya.
Bambang mengatakan inovasi itu akan membantu petani tetap bisa berproduksi meski di tengah curah hujan tinggi dan kondisi lahan tergenang air.
“Padi apung bisa jadi solusi berkelanjutan bagi lahan rawa kita. Mudah-mudahan ke depan hasilnya makin baik dan bisa diterapkan lebih luas,” kata dia.
Sumsel kembangkan teknologi padi apung tingkatkan indeks pertanaman
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumsel Bambang Pramono di Palembang, Selasa (3/11/2025). (ANTARA/Ahmad Rafli Baiduri)
