Terkait temuan spesies baru itu, ia mengatakan menjadi keuntungan bagi Kalsel akan semakin dikenal dunia karena memiliki kekayaan sumber daya alam yang tak terbatas, terlebih Geopark Meratus telah diakui oleh UNESCO.
“Penelitian di Pegunungan Meratus memang memiliki tantangan tersendiri. Ke depan diharapkan ada kerja sama dengan BRIN terkait penelitian seperti ini, kita harus munculkan potensi yang ada,” ujar Taufik.
Sebelumnya, peneliti dari BRIN dan universitas dari Jepang melakukan penelitian di Pegunungan Meratus, yang mana wilayah itu membentang luas dari Kalsel hingga ke perbatasan Kalteng dan Kaltim.
Penelitian itu dipimpin oleh Profesor Riset Bidang Herpetologi Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN Amir Hamidy.
Amir mengatakan penemuan ini menjadi kontribusi penting dalam upaya mendokumentasikan keanekaragaman herpetofauna Kalimantan, serta menegaskan peran penting wilayah Pegunungan Meratus dalam konservasi spesies endemik.
Apalagi saat ini, kata dia, kerusakan habitat hingga eksploitasi jenis, perubahan iklim, dan timbulnya penyakit merupakan ancaman terbesar terhadap keberlangsungan hidup amfibi endemik Kalimantan.
Setelah dilakukan cek DNA, BRIN menyatakan katak itu bukan jenis katak biasa karena berbeda dari katak pada umumnya, serta hanya bisa ditemukan di Indonesia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BRIN temukan dua spesies baru katak bertaring di Kalselteng
