Jakarta (ANTARA) -
Dokter spesialis neurologi dari Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (PON) Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono, dr. Rizka Ibonita, Sp.N menjelaskan ketindihan saat tertidur bukanlah disebabkan karena faktor mistis.
“Sebetulnya ini kondisi medis namanya sleep paralysis. Kondisi ini sebetulnya terjadi saat kita tidur di fase mata bergerak cepat atau REM (rapid eye movement),” jelas Rizka dalam diskusi daring yang digelar Kementerian Kesehatan di Jakarta, Rabu.
Lebih detail Rizka menjelaskan, pada fase REM, sistem saraf sistematis akan mencegah otot-otot untuk berkontraksi sehingga tubuh tidak dapat bergerak sementara waktu. Tujuan dari pelumpuhan ini adalah untuk melindungi seseorang saat tertidur.
Namun, ketika seseorang mengalami sleep paralysis, dia akan terbangun ketika fase REM belum usai. Pada kondisi tersebut, otak belum siap untuk mengirimkan sinyal bangun pada otot.
Akibatnya, orang tersebut akan merasa sadar namun tubuhnya tidak dapat digerakkan.
Berita Terkait
YouTube uji coba fitur "Sleep Timer" pengguna premium
Sabtu, 10 Agustus 2024 17:22 Wib
Penanganan "sleep apnea" yang tepat dapat cegah risiko sakit jantung
Kamis, 28 Oktober 2021 10:04 Wib
Mendengkur saat tidur belum tentu mengidap "sleep epnea"
Rabu, 27 Oktober 2021 22:32 Wib
Memahami penyebab munculnya dengkuran dan kiat menguranginya
Senin, 11 Oktober 2021 15:46 Wib
Benarkah penggunaan "sleep mask" bantu tingkatkan kualitas tidur?
Senin, 28 Desember 2020 13:15 Wib
"Doctor Sleep" kukuh di puncak daftar buku terlaris AS
Jumat, 18 Oktober 2013 16:23 Wib
"Doctor Sleep" puncaki daftar buku fiksi terlaris
Jumat, 11 Oktober 2013 13:56 Wib