13,9 persen remaja pakai aplikasi kencan online cari pasangan

id Brin,riset kependudukan,aplikasi kencan online,kekerasan seksual

13,9 persen remaja pakai aplikasi kencan online cari pasangan

Ilustrasi (Pexels)

"Dari berbagai kasus kekerasan berbasis gender online (KBGO), NCII ini jadi sebuah fenomena global yang kerap muncul dalam proses interaksi dunia digital," ujarnya.

Titis menegaskan penggunaan aplikasi kencan daring bisa meningkatkan risiko KBGO, karena dapat membuka ruang individu para penggunanya.

"Studi menemukan secara umum aplikasi kencan ini memiliki prevalensi yang cukup tinggi untuk mengalami kekerasan seksual. Studi yang sama juga menemukan perempuan sebagai kelompok yang riskan dalam mengalami kekerasan seksual," ungkapnya.

Menurut Titis, penggunaan aplikasi kencan daring bisa menjadi senjata baru para pelaku kekerasan seksual, karena para pelakunya dapat tampil secara anonim dengan memalsukan identitasnya.

Kondisi tersebut, sambungnya, diperparah dengan tidak optimalnya kebijakan pemblokiran akun atau ban, karena para pelaku dapat mendaftar kembali dengan menggunakan alamat surel baru.

Oleh karena itu, ia menekankan kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran digitalnya, serta mengajarkan para remaja untuk tidak membagikan konten pribadinya secara digital.

"Mari kita saling mengingatkan agar selalu berhati-hati dalam memilih teman secara online, dan bijak dalam bersosial media dengan memahami konsep persetujuan dan menghormati privasi orang lain," tutur Anastasia Septya Titisari.
 

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BRIN: 13,9 persen remaja pakai aplikasi kencan guna cari "sex partner"