Jangan remehkan khasiat tanaman herbal untuk obat diabetes
Jakarta (ANTARA) - Berbagai upaya untuk mendapatkan kesembuhan dari sebuah penyakit wajib dilakukan seseorang , namun tentunya harus melalui tahapan pencarian dan cara yang tetap aman untuk kesehatan tubuh.
Tim Edukasi Media Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) dr. Afifah K. Vardhani M.Pd.Ked M.Si (Herbal) menjelaskan manfaat beberapa pengobatan diabetes yang bisa dilakukan dengan terapi menggunakan tumbuhan salah satunya kayu manis.
“Konsumsi satu gram kayu manis setiap hari dapat menurunkan sekitar 0,83 persen HbA1C pada tubuh pasien diabetes,” katanya dalam diskusi mengenai pengobatan herbal jamu untuk diabetes dan stroke yang diikuti secara daring di Jakarta, Minggu.
Afifah mengatakan kayu manis (cinnamomum burmanii), yang memiliki kandungan polifenol dan cinamaldehide dapat bekerja mirip insulin di dalam tubuh atau insulin-mimetic-effect. Kayu manis juga memiliki efek antioksidan dan juga antiperadangan.
Kayu manis juga dapat menghambat kerja enzim alfa glukoksidase dalam usus halus yang bertugas memroses glukosa dari makanan. Penghambatan enzim ini dapat menyebabkan absorpsi glukosa tertunda dan kadar glukosa postprandialnya menurun.
“Penelitian menyebutkan kayu manis merupakan anti-diabetic dan dapat digunakan sebagai terapi tambahan pada pasien dengan DM tipe 2,” katanya.
Tinjauan dari penelitian lain juga menyebutkan kayu manis memiliki efek sebagai penurun gula darah dan profil lipid darah. Namun pemakaian jangka panjang dari zat coumarin yang terdapat pada kayu manis memiliki efek samping namun tidak terlalu tinggi, sehingga hanya 0,1 miligram per kilogram berat badan yang diperbolehkan.
Selain kayu manis, kumis kucing juga kerap digunakan untuk pengobatan tradisional di Asia seperti China, India, dan Malaysia karena ekstraknya dapat menghambat hiperglikemia pada uji terhadap hewan.
Kumis kucing memiliki kandungan 50 jenis Asam Phenolic (asam fenolat), 20 jenis Flavonoid, dan Triterpenoid yang mampu menurunkan kadar glukosa dalam darah. Kandungan ini dapat sebagai agen anti-inflamasi dan meregulasi metabolisme lipid.
Tanaman lain untuk tambahan pengobatan diabetes adalah daun sambiloto yang mengandung zat aktif senyawa andrografolid yang juga membantu menurunkan kadar glukosa dalam darah. Kandungan ini mengakibatkan terjadinya peningkatan penggunaan dari glukosa darah sehingga menurunkan kadar glukosa darah.
“Zat aktif yang terdapat dalam ekstrak daun sambiloto dengan dosis 1,5 miligram per kilogram berat badan mampu menurunkan konsentrasi plasma glukosa darah dalam uji hewan tikus yang telah diinduksi dengan streptozotocin,” kata Afifah,
Ekstrak sambiloto dapat dikombinasikan dengan herbal lain maupun obat anti diabetes. Tanaman herbal yang juga cukup populer untuk pengobatan adalah Temulawak dengan nama latin curcuma xanthorriza yang banyak dimanfaatkan sebagai terapi penyakit liver, kulit dan peradangan.
Penelitian yang dilakukan menemukan bahwa baik ekstrak temulawak maupun senyawa tunggal xanthorrhizol memiliki potensi sebagai anti diabetes dan dapat digunakan sebagai preventif penyakit diabetes melitus.
Afifah menyebut konsumsi ekstrak temulawak (dry extract) di bawah 500 gram per hari tidak menimbulkan efek samping.
Afifah mengatakan pengobatan tradisional dan komplementer yang terintegrasi dengan baik dapat meningkatkan hasil kesehatan dengan meningkatkan ketersediaan layanan terutama di tingkat perawatan kesehatan primer.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Manfaat tanaman herbal untuk obat tambahan diabetes
Tim Edukasi Media Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) dr. Afifah K. Vardhani M.Pd.Ked M.Si (Herbal) menjelaskan manfaat beberapa pengobatan diabetes yang bisa dilakukan dengan terapi menggunakan tumbuhan salah satunya kayu manis.
“Konsumsi satu gram kayu manis setiap hari dapat menurunkan sekitar 0,83 persen HbA1C pada tubuh pasien diabetes,” katanya dalam diskusi mengenai pengobatan herbal jamu untuk diabetes dan stroke yang diikuti secara daring di Jakarta, Minggu.
Afifah mengatakan kayu manis (cinnamomum burmanii), yang memiliki kandungan polifenol dan cinamaldehide dapat bekerja mirip insulin di dalam tubuh atau insulin-mimetic-effect. Kayu manis juga memiliki efek antioksidan dan juga antiperadangan.
Kayu manis juga dapat menghambat kerja enzim alfa glukoksidase dalam usus halus yang bertugas memroses glukosa dari makanan. Penghambatan enzim ini dapat menyebabkan absorpsi glukosa tertunda dan kadar glukosa postprandialnya menurun.
“Penelitian menyebutkan kayu manis merupakan anti-diabetic dan dapat digunakan sebagai terapi tambahan pada pasien dengan DM tipe 2,” katanya.
Tinjauan dari penelitian lain juga menyebutkan kayu manis memiliki efek sebagai penurun gula darah dan profil lipid darah. Namun pemakaian jangka panjang dari zat coumarin yang terdapat pada kayu manis memiliki efek samping namun tidak terlalu tinggi, sehingga hanya 0,1 miligram per kilogram berat badan yang diperbolehkan.
Selain kayu manis, kumis kucing juga kerap digunakan untuk pengobatan tradisional di Asia seperti China, India, dan Malaysia karena ekstraknya dapat menghambat hiperglikemia pada uji terhadap hewan.
Kumis kucing memiliki kandungan 50 jenis Asam Phenolic (asam fenolat), 20 jenis Flavonoid, dan Triterpenoid yang mampu menurunkan kadar glukosa dalam darah. Kandungan ini dapat sebagai agen anti-inflamasi dan meregulasi metabolisme lipid.
Tanaman lain untuk tambahan pengobatan diabetes adalah daun sambiloto yang mengandung zat aktif senyawa andrografolid yang juga membantu menurunkan kadar glukosa dalam darah. Kandungan ini mengakibatkan terjadinya peningkatan penggunaan dari glukosa darah sehingga menurunkan kadar glukosa darah.
“Zat aktif yang terdapat dalam ekstrak daun sambiloto dengan dosis 1,5 miligram per kilogram berat badan mampu menurunkan konsentrasi plasma glukosa darah dalam uji hewan tikus yang telah diinduksi dengan streptozotocin,” kata Afifah,
Ekstrak sambiloto dapat dikombinasikan dengan herbal lain maupun obat anti diabetes. Tanaman herbal yang juga cukup populer untuk pengobatan adalah Temulawak dengan nama latin curcuma xanthorriza yang banyak dimanfaatkan sebagai terapi penyakit liver, kulit dan peradangan.
Penelitian yang dilakukan menemukan bahwa baik ekstrak temulawak maupun senyawa tunggal xanthorrhizol memiliki potensi sebagai anti diabetes dan dapat digunakan sebagai preventif penyakit diabetes melitus.
Afifah menyebut konsumsi ekstrak temulawak (dry extract) di bawah 500 gram per hari tidak menimbulkan efek samping.
Afifah mengatakan pengobatan tradisional dan komplementer yang terintegrasi dengan baik dapat meningkatkan hasil kesehatan dengan meningkatkan ketersediaan layanan terutama di tingkat perawatan kesehatan primer.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Manfaat tanaman herbal untuk obat tambahan diabetes