OKU Sumsel luncurkan program orang tua asuh stunting
Baturaja (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Sumatera Selatan meluncurkan program orang tua asuh stunting dan gerakan rumah gizi dalam upaya menekan angka kekerdilan di wilayah itu.
Penjabat Bupati OKU Teddy Meilwansyah di Baturaja Minggu mengatakan, program ini dilaksanakan di seluruh kecamatan di kabupaten setempat.
Hal itu dilakukan dalam upaya pemerintah untuk mewujudkan Kabupaten OKU agar benar-benar bebas dari stunting.
Dia menjelaskan, dalam program ini seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, mulai dari camat hingga kepala desa memiliki tanggungjawab untuk memperhatikan perkembangan gizi anak stunting di wilayahnya masing-masing.
"Minimal 2-3 anak stunting yang mendapat perhatian serius dari pemerintah dalam upaya pencegahannya," katanya.
Termasuk pemberian makanan tambahan (PMT) simultan selama enam bulan pertama yang akan dievaluasi untuk dilaksanakan secara berkelanjutan.
"Rumah gizi menjadi solusinya. Bapak asuh stunting ini akan bergandengan untuk menekan angka stunting di OKU," kata Teddy.
Sementara, berdasarkan Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) menyatakan bahwa angka stunting di Kabupaten OKU pada 2021 sekitar 31 persen, dan turun menjadi 19,9 persen di tahun 2022.
Dalam catatan terakhir dari 24.577 balita di OKU yang telah diukur, hanya sebanyak 377 anak yang mengalami stunting atau sebesar 1,76 persen.
"Alhamdulillah berdasarkan data dari Dinas Kesehatan OKU penurunan kembali terjadi tahun ini hingga menyentuh angka 14 persen," katanya.
Penjabat Bupati OKU Teddy Meilwansyah di Baturaja Minggu mengatakan, program ini dilaksanakan di seluruh kecamatan di kabupaten setempat.
Hal itu dilakukan dalam upaya pemerintah untuk mewujudkan Kabupaten OKU agar benar-benar bebas dari stunting.
Dia menjelaskan, dalam program ini seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, mulai dari camat hingga kepala desa memiliki tanggungjawab untuk memperhatikan perkembangan gizi anak stunting di wilayahnya masing-masing.
"Minimal 2-3 anak stunting yang mendapat perhatian serius dari pemerintah dalam upaya pencegahannya," katanya.
Termasuk pemberian makanan tambahan (PMT) simultan selama enam bulan pertama yang akan dievaluasi untuk dilaksanakan secara berkelanjutan.
"Rumah gizi menjadi solusinya. Bapak asuh stunting ini akan bergandengan untuk menekan angka stunting di OKU," kata Teddy.
Sementara, berdasarkan Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) menyatakan bahwa angka stunting di Kabupaten OKU pada 2021 sekitar 31 persen, dan turun menjadi 19,9 persen di tahun 2022.
Dalam catatan terakhir dari 24.577 balita di OKU yang telah diukur, hanya sebanyak 377 anak yang mengalami stunting atau sebesar 1,76 persen.
"Alhamdulillah berdasarkan data dari Dinas Kesehatan OKU penurunan kembali terjadi tahun ini hingga menyentuh angka 14 persen," katanya.