Turunkan angka "stunting" dengan konsumsijagung

id pencegahan stunting,prevalensi stunting,pakan alternatif,jagung,bkkbn,kementan,berita sumsel, berita palembang Oleh Moch Mardiansyah Al Afghani

Turunkan angka "stunting" dengan konsumsijagung

Petani memanen jagung di Kedungguwo, Sukomoro, Magetan, Jawa Timur, Kamis (5/10/2023). ANTARA FOTO/Siswowidodo/tom. (ANTARA FOTO/SISWOWIDODO)

Nilai kandungan dalam jagung, kata dia, sudah lengkap dan baik untuk metabolisme tubuh, termasuk asupan bagi balita, karena mengandung serat, magnesium, fosfor, dan Vitamin C
Jakarta (ANTARA) - Stunting atau tengkes merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis. Cara menurunkan angka stunting di Indonesia adalah dengan mengonsumsi makanan yang seimbang dan begizi, di antaranya mengonsumsi jagung.

Jagung merupakan panganan yang memiliki nilai kandungan gizi yang baik, sehingga dapat membantu memenuhi kecukupan gizi pada bayi atau anak yang terdeteksi menderita stunting atau untuk mencegah terjadinya stunting.

Angka stunting di Indonesia sendiri saat ini masih sangat tinggi. Berdasarkan data Survei Status Gizi Nasional (SSGN) 2022, prevalensi stunting di Indonesia berada di kisaran angka 21,6 persen. Jumlah ini menurun jika dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 24,4 persen.

Walaupun mengalami penurunan, angka tersebut masih relatif tinggi, mengingat target prevalensi stunting Indonesia di tahun 2024 sebesar 14 persen dan standar organisasi kesehatan dunia (WHO) di bawah 20 persen.

Fakta data prevalensi tersebut merupakan modal penting yang perlu segera diintervensi oleh pemangku kebijakan terkait agar tidak menjadi penghalang tercapainya Generasi Emas di 2045, di mana kelompok anak generasi sekarang akan menjadi bonus demografi di usianya yang sudah produktif.

Pemerintah Indonesia memprediksi dalam 22 tahun ke depan sebanyak 70 persen populasi di Indonesia berada di usia produktif pada rentang usia antara 15 hingga 64 tahun. Sementara itu, 30 persen sisanya berusia di bawah 14 tahun dan di atas 65 tahun atau memasuki kategori tidak produktif.

Jika bonus demografi itu tidak dimanfaatkan dengan, baik maka dikhawatirkan akan membawa dampak buruk, terutama masalah sosial, seperti angka kemiskinan yang melonjak, tingkat kesehatan masyarakat yang rendah, pengangguran yang merajalela, hingga tingkat kriminalitas yang tinggi.

Oleh karena itu, diperlukan kerja sama dan gotong royong dari berbagai pihak untuk menyelesaikan permasalahan ini, salah satunya dengan terus berupaya memenuhi kebutuhan gizi anak, termasuk dengan mengkonsumsi jagung.


Kandungan gizi jagung

Merujuk informasi pada Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (PDSIP) Kementerian Pertanian, kandungan gizi per 100 gram jagung adalah protein (8,28 gr), lemak (3,90 gr), karbohidrat ( 73,7 gr), kalsium (10 mg), fosfor  (256 mg), ferrum  (2,4 mg), vitamin A  (510 SL), vitamin B1 ( 0,38 mg), air  (12 gr).

Tidak hanya itu, komposisi asam amino yang terkandung dalam jagung juga terdiri atas asam aspartat sebesar 0,68 persen, asam glutamate 1,95 persen, leusin 1,26 persen, dan beberapa kandungan lainnya seperti glosin, alanin, metonin, dan tripofan.