Dengan kandungannya yang lengkap itu menjadikan jagung sebagai salah satu alternatif makanan untuk mencegah stunting, meskipun harus tetap didampingi sumber gizi dari makanan lain seperti protein dari ikan laut, vitamin, sayur, dan buah-buahan.
Alasan lain yang menjadikan jagung cocok sebagai makanan alternatif untuk mencegah stunting di tanah air adalah terkait ketersediaannya yang melimpah. Luas pertanian tanaman jagung terhampar mulai dari Sabang hingga Merauke.
Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat luas tanam jagung pada 2022 mencapai 4,26 juta hektare (ha) atau luas panen 4,11 juta ha guna mengejar produksi sebanyak 23,16 juta ton jagung pipilan kering.
Koordinator Jagung dan Serealia lain, Ditjen Tanaman Pangan Kementan, Indra Rochmadi, mengatakan untuk mencapai target produksi tersebut, pemerintah mendorong pengembangan jagung hibrida, budi daya jagung wilayah khusus, dan pengembangan jagung pangan serta di kawasan sentra produksi pangan (food estate).
Potensi peningkatan produksi jagung dalam negeri juga dinilainya cukup besar, misalnya, dengan memanfaatkan lahan kering yang belum optimal yang saat ini baru dimanfaatkan sebesar 19 persen.
Bahkan, Kementan telah membuat peta jalan produksi jagung dari 2020-2024 yang mana pada 2020 produksi jagung dengan kadar air 25 persen sebanyak 22,92 juta ton pipilan kering, pada 2021 (23 juta ton), pada 2022 (23,1 ton), pada 2023 (30 juta ton) dan pada 2024sebanyak 35,3 juta ton).
Jagung aman dikonsumsi balita
Dari ragam keunggulan jagung sebagai makanan alternatif untuk mencegah stunting, hal yang paling penting adalah keamanannya jika dikonsumsi rutin, terutama bagi kesehatan balita dan anak-anak.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Hasto Wardoyo memastikan bahwa jagung merupakan makanan yang aman dan sehat untuk dikonsumsi.
Oleh karena itu, masyarakat diajak untuk menjadikan jagung sebagai sumber pangan alternatif, termasuk bagi balita, karena nilai kandungannya yang lengkap dan tetap aman jika dikonsumsi kalangan anak tersebut.
Nilai kandungan dalam jagung, kata dia, sudah lengkap dan baik untuk metabolisme tubuh, termasuk asupan bagi balita, karena mengandung serat, magnesium, fosfor, dan Vitamin C.
Pentingnya jagung sebagai sumber pangan alternatif dalam memenuhi kebutuhan karbohidrat, terutama saat harga beras mengalami kenaikan karena kemarau panjang seperti saat ini.
Badan Pusat Staristik (BPS) telah memperingatkan potensi terjadinya defisit beras di dalam negeri. Selain itu, BPS memprediksi akan terjadi penurunan panen padi pada bulan September hingga November 2023, terutama di wilayah-wilayah produsen utama penghasil beras di Indonesia.
Tanaman jagung relevan sebagai sumber pangan alternatif selain beras, karena lebih tahan terhadap berbagai kondisi cuaca dan terpengaruh media tanam saat mengalami kekeringan. Oleh karena itu, jagung dapat menjadi sumber pangan atau sumber karbohidrat alternatif selain beras.