Menengok keasrian dan produksi kebun teh tertinggi kedua di dunia

id perkebunan teh,kayu aro,kerinci,PTPN VI,jambi,berita sumsel, berita palembang

Menengok keasrian dan produksi kebun teh tertinggi kedua di dunia

Pemandangan kebun teh di Unit Usaha Kayu Aro milik PTPN VI di Kabupaten Kerinci, Jambi ANTARA/Satyagraha

Pengolahan teh hitam dilakukan menggunakan metode orthodox dengan cara-cara seperti proses pelayuan terlebih dulu, disusul penggulungan, fermentasi, pengeringan, sortasi, hingga akhirnya terbentuk teh jadi
Jambi (ANTARA) - Hamparan hijau perkebunan teh yang memanjakan mata dengan alunan embusan udara sejuk menjadi pereda rasa pegal setelah menempuh perjalanan jauh.

Perjalanan darat yang melelahkan selama hampir 12 jam dari Kota Jambi terbayar dengan keindahan perkebunan teh yang terletak di kaki Gunung Kerinci.

Perkebunan teh di Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Jambi, menjadi surga sekaligus merupakan anomali, di provinsi Sumatera bagian timur yang terkenal dengan hasil produksi sawit maupun batu bara ini.

Perkebunan yang dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara VI (Persero) atau PTPN VI sejak 1996 ini terletak di ketinggian 1.600 meter di atas permukaan laut dan menjadi yang tertinggi kedua di dunia setelah perkebunan Darjeeling Tea di Himalaya, India.

PTPN VI mendapatkan kepercayaan untuk mengelola kebun unit usaha Kayu Aro yang seluruhnya mempunyai luas hampir mencapai 3.014,6 hektare (HGU), mencakup kebun teh seluas 2.126,48 hektare dan kopi kurang lebih 500 hektare.

Suasana asri ikut menyambut kehadiran Tim Antara ketika berkunjung untuk melihat proses pemotongan daun teh di perkebunan yang telah termasyhur sejak era pemerintahan Hindia Belanda ini.

Dalam kesempatan itu, pemotongan daun teh dilakukan di kebun teh Desa Sungai Arang dalam cuaca pagi hari yang menjadi karakteristik iklim di dataran tinggi, yaitu dingin nan berkabut.

Manager Unit Usaha Kayu Aro PTPN VI Fahran turut menjelaskan bahwa proses pemetikan daun teh saat ini lebih banyak menggunakan mesin pemotong dan sudah jarang memanfaatkan tenaga manusia.

Dengan alasan kendala peminatan kerja, efisiensi, dan kecepatan, pemotongan daun teh dilakukan oleh mesin yang dikelola oleh satu grup berisi lima orang, dengan area pemangkasan seluas 1,1 hektare per hari.

"Sekarang lulusan SMA sudah tidak mau melakukan pemetikan. Mekanisasi itu juga untuk meng-handle kekurangan orang," katanya.

 
Suasana pemotongan pucuk daun teh di Desa Sungai Arang di Kabupaten Kerinci, Jambi. ANTARA/Satyagraha