BRIN: perubahan iklim picu ledakan hama perusak padi

id brin,perubahan iklim,hama perusak tanaman,hama padi,wereng batang cokelat,la nina,musim kering,organisme pengganggu tana

BRIN: perubahan iklim picu ledakan hama perusak padi

Ilustrasi: Petani menyemprotkan pestisida biologi saat gerakan pengamanan produksi padi di Karangdowo, Klaten, Jawa Tengah, Jumat (14/7/2023)Kegiatan penyemprotan pestisida ramah lingkungan itu mampu membasmi hama wereng sehingga dapat menjaga produksi padi dengan optimal. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/Spt.

Kerusakan tanaman saat itu, lanjutnya, tujuh kali lebih tinggi dibandingkan kondisi normal pada tahun 2012, lahan padi yang rusak hanya berjumlah 29 ribu hektare saja.

Curah hujan yang meningkat selama musim kemarau saat La Nina telah memicu serangan hama wereng batang cokelat terhadap lahan pertanian di berbagai wilayah Indonesia.

Selain hujan, kata dia, ada pula beberapa faktor yang juga mempengaruhi perkembanganbiakan, distribusi, dan daya tahan hama, yaitu peningkatan kelembaban udara, kelembaban tanah, dan kecepatan angin.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) tahun 1989 sampai 2019, setiap kejadian La Nina memicu serangan hama wereng batang cokelat berkisar 90 ribu sampai 250 ribu hektare. Sedangkan kondisi normal hanya 10 ribu sampai 85 ribu hektare saja.

Di Indonesia, serangan hama wereng batang cokelat paling sering terjadi saat musim kemarau pada Juni sampai Agustus. Sepanjang 2005 sampai 2021, kasus serangan terbesar terjadi selama periode La Nina pada tahun 2010 dan 2011.

"Musim kering menyebabkan tanaman lebih rentan terhadap serangan hama," kata Elza.

Kepala Pusat Tanaman Pangan BRIN Yudhistira mengatakan penurunan produksi padi membuat harga beras di tingkat konsumen menjadi mahal, karena beberapa daerah mengalami gagal tanam dan gagal panen akibat serangan hama dan virus tanaman.

Bahkan pola budi daya petani semakin buruk dalam pemakaian insektisida untuk mengurangi serangan organisme pengganggu tanaman.

"Survei kami pada beberapa sentra produksi pertanian di Pantai Utara Jawa (Pantura), pengaplikasian insektisida ternyata sudah tidak logis, karena dari satu musim tanaman lebih dari 10 kali penyemprotan," kata Yudhistira.

Pemakaian insektisida yang banyak itu bisa menyebabkan petani keracunan dan berbahaya bagi lingkungan. Insektisida juga berdampak terhadap musuh alami dari organisme pengganggu tanaman.

Yudhistira mengajak para periset untuk memikirkan cara bagaimana mengembalikan keanekaragaman hayati terkait dengan musuh alami hama atau penyakit pada tanaman padi tersebut.