Kawanan gajah liar rusak tanaman sawit dan kelapa wargaAceh Jaya
Banda Aceh (ANTARA) - Kawanan gajah liar merusak tanaman sawit dan kelapa warga Gampong/Desa Kuala Dusun Bahgia Glee U Kecamatan Indra Jaya Kabupaten Aceh Jaya sejak beberapa hari terakhir.
“Kawanan gajah memang sudah sangat sering masuk ke kebun kami dan merusak tanaman sawit, dan semalam juga masuk lagi merusak serta memakan tanaman sawit,” kata salah seorang petani sawit, Abdul Wahid, Selasa.
Ia menjelaskan sejumlah gajah tersebut memang tidak pernah jauh masuk ke hutan, karena saat di halau gajah tersebut masuk lagi ke lahan warga lainnya yang ada di seputaran desa tetangga.
“Luas sawit di wilayah kami sekitar 15-20 hektare yang sudah bisa panen dan jika dikalkulasikan sudah ada sekitar 5 sampai 10 hektare yang diganggu gajah,” katanya.
Menurut Abdul Wahid sebulan yang lalu tidak hanya sawit yang dimakan, namun sejumlah gajah tersebut juga sudah merapat ke perkampungan warga pada saat magrib dan memakan tanaman kelapa warga.
“Kami berharap kepada pihak terkait untuk dapat mencari solusi dan memindahkan gajah tersebut agar tidak masuk lagi ke lahan,” katanya.
Sebelumnya, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh terus menelusuri sebaran kawanan kelompok gajah liar di wilayah hutan Provinsi Aceh untuk dipasang kalung GPS atau GPS collar, guna bisa memantau pergerakannya dalam upaya meminimalisir konflik satwa dengan penduduk.
“Sekarang di Aceh ada sekitar tujuh kelompok gajah liar, setiap kelompok ada satu ekor yang dipasang GPS collar untuk memantau pergerakannya,” kata Kepala BKSDA Aceh Agus Arianto di Banda Aceh, beberapa hari lalu.
“Kawanan gajah memang sudah sangat sering masuk ke kebun kami dan merusak tanaman sawit, dan semalam juga masuk lagi merusak serta memakan tanaman sawit,” kata salah seorang petani sawit, Abdul Wahid, Selasa.
Ia menjelaskan sejumlah gajah tersebut memang tidak pernah jauh masuk ke hutan, karena saat di halau gajah tersebut masuk lagi ke lahan warga lainnya yang ada di seputaran desa tetangga.
“Luas sawit di wilayah kami sekitar 15-20 hektare yang sudah bisa panen dan jika dikalkulasikan sudah ada sekitar 5 sampai 10 hektare yang diganggu gajah,” katanya.
Menurut Abdul Wahid sebulan yang lalu tidak hanya sawit yang dimakan, namun sejumlah gajah tersebut juga sudah merapat ke perkampungan warga pada saat magrib dan memakan tanaman kelapa warga.
“Kami berharap kepada pihak terkait untuk dapat mencari solusi dan memindahkan gajah tersebut agar tidak masuk lagi ke lahan,” katanya.
Sebelumnya, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh terus menelusuri sebaran kawanan kelompok gajah liar di wilayah hutan Provinsi Aceh untuk dipasang kalung GPS atau GPS collar, guna bisa memantau pergerakannya dalam upaya meminimalisir konflik satwa dengan penduduk.
“Sekarang di Aceh ada sekitar tujuh kelompok gajah liar, setiap kelompok ada satu ekor yang dipasang GPS collar untuk memantau pergerakannya,” kata Kepala BKSDA Aceh Agus Arianto di Banda Aceh, beberapa hari lalu.