Kementerian ESDM akan optimalkan sumber EBT untuk capai netral karbon

id sumber daya Energi Baru,Energi Baru Terbarukan,Ego Syahrial,berita sumsel, berita palembang, antara palembang,Pembangkit Listirk

Kementerian ESDM akan optimalkan sumber EBT untuk capai netral karbon

Sebuah kendaraan alat berat beroperasi di area pembangunan Pembangkit Listirk Tenaga Bayu (PLTB) di Desa Mattirotasi, Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan, Selasa (28/11). Pembangunan PLTB dengan kapasitas 75 megawatt tersebut akan membantu pasokan listrik di Wilayah Sulselbar dan ditargetkan rampung akhir tahun 2017 dengan kekuatan putaran 30 buah turbin kincir angin. ANTARA FOTO/Abriawan Abhe/foc

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya Energi Baru Terbarukan (EBT) untuk pembangkit listrik guna mencapai target netral karbon pada 2060 atau lebih cepat.

"Tahun 2060 kapasitas pembangkit energi baru terbarukan bisa mencapai 587 gigawatt..., kontribusi pembangkit listrik ini akan didominasi oleh tenaga surya, air, dan biomassa," kata Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Ego Syahrial dalam acara "Green Economy Indonesia Summit 2022" yang dipantau di Jakarta, Rabu.

Alasan pemerintah menjadikan ketiga sumber energi baru terbarukan itu sebagai andalan lantaran Indonesia memiliki potensi besar terutama di luar Jawa.

Dalam proyeksi Kementerian ESDM pada 2060, rencana kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebesar 361 gigawatt, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) 83 gigawatt, dan Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBio) sebesar 37 gigawatt.

Adapun sumber-sumber energi baru terbarukan lainnya yang juga dipakai adalah Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) sebesar 39 gigawatt, Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) 35 gigawatt, Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) sebesar 18 gigawatt, hingga pembangkit listrik tenaga arus laut sebesar 13,4 gigawatt.

Ego menjelaskan kapasitas pembangkit energi baru terbarukan yang hampir 600 gigawatt itu tidak akan terwujud bila Indonesia tidak berhasil menyambungkannya dengan teknologi super grid dan smart grid.

Kedua teknologi itu merupakan kunci meningkatkan penetrasi energi baru terbarukan yang menghubungkan listrik di setiap pulau di Indonesia.

Super grid adalah jaringan transmisi area luas yang umumnya lintas benua atau multinasional. Jaringan ini memungkinkan perdagangan listrik dalam jumlah besar melintasi jarak yang jauh.

Sedangkan smart grid merupakan inovasi yang memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi, komputer, dan siber untuk dapat melakukan pengendalian dan pengoperasian sistem tenaga listrik dalam menyalurkan tenaga listrik.

"Kami ingin menyambung seluruh koneksi di Kalimantan dan Sulawesi, untuk selanjutnya cita-cita kami adalah di bagian timur Indonesia karena di situ adalah sumber dari energi baru terbarukan," pungkas Ego.