Ahli:Terapi sel punca turunkan tingkat kematian pasien kritis COVID-19

id terapi sel punca,pasien COVID-19 kritis,Positif, berita palembang

Ahli:Terapi sel punca turunkan  tingkat kematian pasien kritis COVID-19

Diskusi mengenai riset berbasis layanan untuk terapi sel imun dan sel punca di Jakarta. ANTARA/Indriani

Jakarta (ANTARA) - Terapi sel punca mesenkim asal tali pusat mampu menurunkan tingkat kematian pada pasien COVID-19 yang dirawat dengan gejala kritis.

"Sel punca ini dapat meningkatkan LIF sehingga bisa reparasi dan regenerasi jaringan tubuh," kata Guru Besar Ortopedi dan Traumatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Prof. Dr. dr. Ismail Hadisoebroto Dilogo, Sp.OT(K) dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat.

Hingga saat ini COVID-19 belum memiliki terapi spesifik yang dapat mengatasi akar permasalahannya, yaitu virus penyebab itu sendiri. Penanganan yang dapat diberikan kepada pasien bergejala hanya terbatas sebagai terapi suportif yang bertujuan untuk mengurangi gejala yang dialami pasien.

Suatu penelitian yang dipimpin oleh Ismail Hadisoebroto Dilogo baru-baru ini menemukan fakta bahwa pemberian terapi sel punca mesenkim asal tali pusat mampu menurunkan tingkat kematian pada pasien COVID-19 yang dirawat dengan gejala kritis.

Hasil penelitian yang telah dipublikasi di jurnal internasional ternama, STEM CELLS Translational Medicine, tersebut juga mendapat kesimpulan bahwa pasien bergejala kritis yang diberi sel punca dua kali lebih mungkin untuk bertahan hidup dibandingkan pasien yang tidak diberikan sel punca.

Ismail yang merupakan ketua tim peneliti Sel Punca Mesenkim Asal Tali Pusat sebagai Terapi Tambahan bagi Pasien COVID-19 Kritis, menuturkan, aplikasi sel punca mesenkimal asal tali pusat sebagai terapi adjuvan pada pasien pnemonia COVID-19 kritis telah mendapat Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik (PPUK) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dengan peneliti utama Ismail.

Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI, RSUPN Cipto Mangunkusumo ditetapkan sebagai penyelenggara penelitian berbasis pelayanan terapi sel punca dan/atau sel.

Ada 40 subyek mengikuti penelitian aplikasi sel punca itu adalah pasien kristis yang dirawat di ruang ICU yang tersebar di RSUPN Cipto Mangunkusumo, RSUP Persahabatan, RSPI Sulianti Saroso, RS Persahabatan, dan RS Universitas Indonesia.

Sel punca mesenkim didapatkan dari produksi di UPT TK Sel Punca RSCM-FKUI-KF.

Yang bisa mendapatkan terapi sel punca adalah pasien COVID-19 terintubasi dan kritis, dengan rentang usia 18-95 tahun, sudah terkonfirmasi positif COVID-19 dengan RT-PCR, serta keluarga/pasien memberikan izin mengikutinya.

Sementara aplikasi sel punca tersebut tidak diberikan kepada pasien yang memiliki riwayat keganasan seperti kanker, dalam kondisi hamil, dan sedang dalam proses uji klinis penelitian lain dalam tiga bulan terakhir.

Dalam penelitian itu, 40 subjek dibagi menjadi dua kelompok yakni 20 orang masuk pada kelompok yang diberi sel punca, dan 20 orang masuk kelompok kontrol yang diberi plasebo atau tidak diberi sel punca.

Pasien, dokter penanggung jawab dan dokter yang mengambil data tidak mengetahui alokasi pasien pada kelompok yang diberi sel punca dan yang tidak.

Ismail yang merupakan Kepala Instalasi Pelayanan Terpadu Teknologi Kedokteran Sel Punca RSCM-FKUI menuturkan dosis sel punca digunakan sebanyak 1 juta sel per kilogram berat badan. Sel punca diberikan melalui infus bersama dengan 100 mL NaCl 0,9 persen.

Sel punca mesenkim asal tali pusat tersebut memiliki manfaat antara lain reparasi dan regenerasi jaringan tubuh, mengontrol kaskade respon inflamasi, mengurangi respon badai sitokin, dan memperbaiki jaringan khususnya paru.

"Pemberian stem cell (sel punca) ini salah satunya secara awam kita katakan mengubah sitokin jahat jadi baik sehingga diharapkan badai stokin yang sudah ada ini bisa dikendalikan," kata Dokter Spesialis Paru dari RS Persahabatan Dr. dr. Erlina Burhan, Sp.P(K).

Erlina juga menuturkan penggunaan sel punca juga dapat memberikan efek untuk mengurangi fibrosis pada paru sehingga kualitas hidup pasien penyintas COVID-19 tersebut akan lebih baik.