Pasar 16 Ilir Palembang dan kondisi bumi jadi inspirasi busana

id rustic,pasar 16 Ilir,tekstur kasar,Vee House,Alvy Oktrisni,Muslim Fashion Festival,Dramatic Rustic,berita sumsel, berita palembang, palembang hari ini

Pasar 16 Ilir Palembang dan kondisi bumi jadi inspirasi busana

Vee House by Alvy Oktrisni di Muslim Fashion Festival (MUFFEST) 2021 di Gandaria City. (ANTARA/HO)

Tema ini juga menggambarkan kejenuhan akan hiruk pikuk urbanism
Jakarta (ANTARA) - Inspirasi bisa datang dari mana saja untuk perancang busana yang ingin berkarya. Ada yang terinspirasi dari rustic, pasar 16 Ilir di Palembang hingga kondisi bumi yang penuh sampah.

Rustic yang lekat dengan desain interior, penggunaan bahan-bahan alam mentah yang belum diolah sampai tuntas dengan tekstur kasar, menginspirasi koleksi busana Vee House by Alvy Oktrisni dalam Muslim Fashion Festival (MUFFEST) 2021 di Gandaria City, Jakarta, awal Mei. Dia menghadirkan nuansa warna tema rustic yang hangat dalam koleksi "Dramatic Rustic".

Baca juga: Rosie Rahmadi memaknai peristiwa dalam keheningan lewat "Serein"

"Tema ini juga menggambarkan kejenuhan akan hiruk pikuk urbanism," kata Alvy dalam siaran resmi, Minggu.

Koleksi berupa luaran, blus, rok, dress, rompi hingga ikat pinggang obi dibuat dari katun, linen, wol, kulit dan lace. Tampilan yang dibuat dengan ekspresi ingin keluar dari belenggu perkotaan dan kembali ke suasana yang lebih alami diwujudkan dalam pilihan warna alam. Warna bebatuan, batang kayu, lumpur, dan tanah seperti cokelat, abu-abu, hijau, khaki, dan terakota dan merah oxblood menjadi pilihan dalam koleksi ini.
 
Sementara Yeti Topiah dari IFC Malang Chapter membuat "Saliba" yang terinspirasi dari Pasar 16 Ilir Palembang yang ternama. Pasar ini tak pernah sepi pengunjung, bahkan badan jalan di sekitar pasar juga dipakai untuk berjualan. Yeti ingin membuat koleksi dengan konsep Pasar 16 Ilir Palembang karena pasar tersebut memiliki warna bangunan menarik serta bentuk unik.

Dengan konsep feminin dan sederhana, tiga koleksi "Saliba" terdiri dari siluet H line dan A line dan dibuat dari bahan linen dengan padu padan luaran, dress dan overall.

Ajeng Cahya terinspirasi dari kondisi bumi yang semakin dipenuhi sampah dalam membuat koleksi "Sampai Langit". Sampah yang menggunung dan mengganggu keseimbangan alam membuatnya tergerak untuk terus bertanggung jawab dalam memelihara bumi.

"Tidak seharusnya kita hanya mengeksploitasi, merusak, dan mengambil manfaatnya saja. Berbuatlah ihsan pada alam semesta tanpa batas waktu. Desainer ingin ikut berperan serta dalam menyelamatkan bumi dengan memanfaatkan sisa-sisa kain produksi menjadi sebuah koleksi yang bernilai lebih," kata Ajeng dalam siaran resmi.

Busana kasual bergaya feminin dengan siluet A dan H ini terlihat mencolok dengan warna hitam, penggambaran bumi yang makin rusak, dan nuansa warna-warni sebagai gambaran dari banyaknya tangan manusia. Koleksi "Sampai Langit" yang dia ciptakan dibuat dari kain linen serta kain perca sisa produksi, agar kain-kain yang tadinya tidak bernilai bisa diubah jadi barang baru yang bernilai lebih.