Ada pembuatan ekstasi di rumah sakit

id polsek sawah besar, iptu wildan, narkoba salemba, napi salemba, napi AU, Ami Utomo

Ada pembuatan ekstasi di rumah sakit

Dokumentasi - Pengungkapan kasus penangkapan dua orang distributor ekstasi di salah satu rumah sakit swasta Salemba yang dilakukan di Polsek Sawah Besar, Jakarta Pusat, Rabu (19/8/2020). ANTARA/Livia Kristianti/am.

Jakarta (ANTARA) - Kepolisian Sektor (Polsek) Sawah Besar telah memeriksa 11 saksi kasus pembuatan narkoba jenis ekstasi di sebuah ruang VVIP salah satu rumah sakit swasta di Jalan Salemba Tengah, Jakarta Pusat, yang terungkap pada pertengahan Agustus 2020.

"Minggu ini kita gelar perkara dan tidak ada penambahan pemeriksaan saksi. Sampai saat ini hanya 11 saksi yang dimintai keterangan," kata Kanit Reskrim Polsek Sawah Besar Iptu Wildan saat dihubungi, Rabu.

Baca juga: Ada pabrik ekstasi di LP, Polisi periksa empat sipir Rutan Salemba

Gelar perkara itu dilakukan secara internal dan tidak terbuka untuk umum. Diharapkan dari gelar perkara itu dapat ditemukan informasi-informasi terbaru.

Meski telah memeriksa 11 saksi dan akan melakukan gelar perkara, Polsek Sawah Besar belum menetapkan tersangka baru dalam kasus yang dilakukan oleh AU dan MW.

Baca juga: Pandemi jadi alasan klasik figur publik gunakan narkoba

Pada Rabu (20/8), Satuan Reskrim Kepolisian Sektor Sawah Besar menciduk seorang narapidana dari Rutan Salemba berinisial AU (42) dan seorang kurir ekstasi berinisial MW (36) akibat membuat obat-obatan terlarang di salah satu ruangan private di rumah Sakit swasta.

MW merupakan kurir dari tersangka AU. AU merupakan salah satu napi Salemba kasus narkoba atas kepemilikan 15.000 butir ekstasi.

"Ia ditahan 15 tahun penjara dan baru 2 tahun menjalani masa tahanan," kata Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Heru Novianto di Jakarta.

Baca juga: BNN Lampung sita 6.969 butir ekstasi dari lima tersangka

AU diciduk di ruangan VVIP rumah sakit swasta di Jalan Salemba Tengah setelah dua bulan tinggal dan memproduksi ekstasi di dalam ruangan privat itu.

Alasan AU dirawat di RS swasta AR itu karena sering mengeluhkan nyeri lambung saat berada di dalam Rutan Salemba.

"Tersangka (AU) beralasan sakit di RS AR, tapi ternyata dijadikan pabrik. Berdasarkan info dari masyarakat, kita lakukan penyelidikan dan penggerebekan terhadap AU di ruang VVIP itu," ujar Heru.

Di dalam ruang VVIP yang ditempati oleh AU, polisi menemukan alat bukti berupa pil ekstasi, alat cetak ekstasi, pewarna, satu buah telepon genggam dan perangkat pencetak ekstasi dari serbuk menjadi butiran.