Sejumlah 14.000 warga Palembang sudah ikuti uji swab
Palembang (ANTARA) - Sebanyak 14.000 lebih warga Kota Palembang telah mengikuti uji usap atau swab dan akan ditingkatkan karena total kasus positif COVID-19 terus bertambah setiap hari.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Palembang, Fauziah, Senin, mengatakan peningkatan uji usap mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) terbaru yang menyasar orang dengan gejala COVID-19 dan kontak erat kasus positif.
"Jadi kalau ada masyarakat yang mengalami gejala COVID-19 silahkan datangi fasilitas kesehatan, walaupun tidak otomatis diusap karena harus di cek dulu sesuai prosedur kesehatan," ujarnya.
Gejala COVID-19 tersebut seperti batuk, demam tinggi, sesak nafas, sakit tenggorokan, dan sakit kepala disertai rasa bingung.
Jika dibandingkan jumlah penduduk Kota Palembang yang mencapai 1.618.374 jiwa, rasio uji usap tersebut baru menyasar 0,85 persen warga atau masih kurang dari standar yang ditetapkan WHO, yakni 1 persen dari total penduduk.
Menurut dia, uji usap sebagai upaya testing mendukung upaya tracing (pelacakan) dan treatment (penanganan) yang hanya 30 persen berperan menurunkan kasus COVID-19, sedangkan 70 persennya mengandalkan lingkungan serta perilaku masyarakat.
Oleh karena itu ia meminta masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan dengan baik dan benar serta disiplin, karena pengaruhnya sangat besar untuk keluar dari krisis pandemi.
"Misalnya jaga jarak, itu bukan saja jaga jarak ketika berbicara, tapi tidak keluar rumah jika tidak terdesak itu juga jaga jarak dan lebih efektif mencegah penularan," tambahnya.
Sebab status Kota Palembang yang masih berada pada zona oranye atau wilayah risiko sedang masih berpotensi naik ke zona merah atau risiko tinggi kembali, mengingat zonasi tersebut di perbaharui tiap dua pekan berdasarkan penilaian GTPP Pusat.
"Diperlukan kolaborasi yang benar-benar serius antara masyarakat dan pihak kesehatan, kalau kami tentu selalu mengupayakan yang terbaik, sekarang tinggal masyarakatnya bagaimana," kata Fauziah menegaskan.
Sementara berdasarkan data GTPP Palembang per 19 Juli, kasus positif COVID-19 mencapai 2.039 orang dengan 1.116 kasus di antaranya masih aktif atau dalam penanganan.*
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Palembang, Fauziah, Senin, mengatakan peningkatan uji usap mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) terbaru yang menyasar orang dengan gejala COVID-19 dan kontak erat kasus positif.
"Jadi kalau ada masyarakat yang mengalami gejala COVID-19 silahkan datangi fasilitas kesehatan, walaupun tidak otomatis diusap karena harus di cek dulu sesuai prosedur kesehatan," ujarnya.
Gejala COVID-19 tersebut seperti batuk, demam tinggi, sesak nafas, sakit tenggorokan, dan sakit kepala disertai rasa bingung.
Jika dibandingkan jumlah penduduk Kota Palembang yang mencapai 1.618.374 jiwa, rasio uji usap tersebut baru menyasar 0,85 persen warga atau masih kurang dari standar yang ditetapkan WHO, yakni 1 persen dari total penduduk.
Menurut dia, uji usap sebagai upaya testing mendukung upaya tracing (pelacakan) dan treatment (penanganan) yang hanya 30 persen berperan menurunkan kasus COVID-19, sedangkan 70 persennya mengandalkan lingkungan serta perilaku masyarakat.
Oleh karena itu ia meminta masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan dengan baik dan benar serta disiplin, karena pengaruhnya sangat besar untuk keluar dari krisis pandemi.
"Misalnya jaga jarak, itu bukan saja jaga jarak ketika berbicara, tapi tidak keluar rumah jika tidak terdesak itu juga jaga jarak dan lebih efektif mencegah penularan," tambahnya.
Sebab status Kota Palembang yang masih berada pada zona oranye atau wilayah risiko sedang masih berpotensi naik ke zona merah atau risiko tinggi kembali, mengingat zonasi tersebut di perbaharui tiap dua pekan berdasarkan penilaian GTPP Pusat.
"Diperlukan kolaborasi yang benar-benar serius antara masyarakat dan pihak kesehatan, kalau kami tentu selalu mengupayakan yang terbaik, sekarang tinggal masyarakatnya bagaimana," kata Fauziah menegaskan.
Sementara berdasarkan data GTPP Palembang per 19 Juli, kasus positif COVID-19 mencapai 2.039 orang dengan 1.116 kasus di antaranya masih aktif atau dalam penanganan.*