Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Sales Travel Indonesia atau Asati menilai terjadi pergeseran perilaku wisatawan yang cenderung lebih suka mengeksplorasi destinasi wisata baru melalui kecanggihan teknologi informasi dalam kondisi normal baru atau new normal pascapandemi COVID-19.
"Tahun ini, akan penuh dengan eksplorasi mengingat kemajuan teknologi bisa membantu wisatawan menjelajahi berbagai tempat untuk berlibur," ujar Ketua Umum Asati Syukri Machmud dalam seminar daring di Jakarta, Sabtu.
Syukri mengatakan bahwa saat ini wisatawan lebih suka mengadakan perjalanan secara individu atau keluarga kecil berjumlah empat orang, artinya tidak lagi bersifat kuantitas atau dalam jumlah besar, namun lebih kepada kualitas.
Baca juga: Cara unik Royal Safari Garden, wisata kebun binatang melalui siaran langsung instagram dan YouTube
Salah satu alasannya, lanjut dia, saat ini sudah terdapat kemajuan teknologi yang akan membuat para wisatawan melakukan perencanaan perjalanan secara mandiri.
"Peluang ini betul-betul harus diambil dan kita harus betul-betul menguasai teknologi informasi," katanya.
Sebelumnya, Dosen Ekonomi Islam Universitas Padjadjaran Ikram Nur Muharam menilai sebuah kondisi new normal atau kebiasaan baru setelah pandemi Corona akan mengubah industri wisata.
Menurut dia, pada kondisi normal yang baru itu, orang-orang masih senang berlibur dan berwisata, namun sejumlah prosedur akan berubah.
Baca juga: Warga Tabanan Bali bergiliran beri makan 1.500 ekor monyet terancam kelaparan akibat wisatawan sepi
Ikram menjelaskan sejumlah prosedur, misalnya di bandara dan pesawat terbang sebelum melakukan take off, kebersihan dan kesehatan akan lebih ketat untuk dijalankan.
Kemudian, industri perhotelan juga mungkin akan menerapkan sistem self check-in dan self service kepada konsumen dengan tetap memerhatikan higienitas.
Hal yang sama juga terjadi pada restoran yang akan meningkatkan standar higienitasnya, mengingat hal tersebut yang paling diperhatikan oleh konsumen.
Jumlah wisatawan juga ada kemungkinan untuk dibatasi karena dampak overtourism dan kaitannya dengan keberlanjutan lingkungan (sustainability) yang mulai dirasakan oleh masyarakat, terutama setelah adanya pandemi COVID-19 ini.
Berita Terkait
Masata Sumsel fasilitasi pengembangan desa wisata
Minggu, 15 Desember 2024 18:05 Wib
Warga manfaatkan potensi Sungai Selagan untuk arum jeram
Minggu, 8 Desember 2024 13:19 Wib
Ridho dan Regina terpilih "Kuyung Kupek Muba" tahun 2024
Sabtu, 7 Desember 2024 8:50 Wib
Fadli Zon optimistis budaya Indonesia bisa mendunia
Jumat, 6 Desember 2024 14:51 Wib
Wakil Menteri Kebudayaan dukung penyelenggaraan lomba cipta lagu
Senin, 2 Desember 2024 17:01 Wib
Budaya Indonesia di Festival Silang Budaya di Penang
Senin, 2 Desember 2024 7:34 Wib