Bukan hanya COVID-19, Indonesia diminta waspadai lonjakan kasus DBD
...Saya memahami, pemerintah saat ini memang dihadapkan pada persoalan kesehatan yang rumit dan berat terkait dengan wabah Covid-19, namun tren naiknya jumlah kasus DBD juga jangan diabaikan...
Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua MPR dari Fraksi Partai NasDem, Lestari Moerdijat, mengingatkan pemerintah untuk mewaspadai lonjakan kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia yang jumlahnya sudah mencapai 41.000 kasus.
"Saya memahami, pemerintah saat ini memang dihadapkan pada persoalan kesehatan yang rumit dan berat terkait dengan wabah Covid-19, namun tren naiknya jumlah kasus DBD juga jangan diabaikan," kata dia, dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.
Ia mengutip data Kementerian Kesehatan bahwa jumlah kasus DBD sampai Selasa (14/4), mencapai 41.883 kasus, angka itu lebih tinggi dari total kasus tahun lalu sebanyak 40.425 orang.
Menurut dia kewaspadaan itu penting karena melihat jumlah orang meninggal akibat DBD yang juga meningkat jika dibandingkan dengan 2019.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah korban meninggal hingga 14 April 2020 mencapai 266 orang atau hampir mendekati jumlah korban meninggal sepanjang 2019 yang sebanyak 354 orang.
Baca juga: Dalam tiga bulan: Kasus DBD di Sumsel tembus 1.542 kasus, tiga meninggal
Baca juga: Kasus DBD di Palembang tertinggi di Sumsel
"Ini perlu menjadi perhatian serius dari pemerintah. Pemerintah perlu kembali mengingatkan masyarakat dan aparat kesehatan di daerah untuk mencegah, mewaspadai, dan menanggulangi DBD ini. Kita tidak ingin rakyat menjadi korban," ujarnya.
Rerie juga mengingatkan terkait keterbatasan daya tampung rumah sakit karena di masa pergantian musim ini, selain wabah Covid-19, potensi peningkatan penyakit lainnya seperti DBD, juga tinggi.
Karena itu menurut dia, kondisi rumah sakit saat ini penuh sesak dengan pasien, itu berdampak pada apabila kondisi pasien dinilai tidak parah sekali, dokter enggan merawat inap pasien non-Covid-19 di rumah sakit karena khawatir terpapar virus Corona itu.
"Dalam rangka pencegahan penyebaran Covid-19 tetap perlu memperhatikan aspek perlindungan bagi pasien yang bukan terpapar Covid-19," katanya.
Ia menilai perlu betul-betul dipikirkan jangan sampai rumah sakit, baik yang rujukan ataupun non-rujukan, memiliki peran ganda yang membuat masyarakat enggan berobat.
"Saya memahami, pemerintah saat ini memang dihadapkan pada persoalan kesehatan yang rumit dan berat terkait dengan wabah Covid-19, namun tren naiknya jumlah kasus DBD juga jangan diabaikan," kata dia, dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.
Ia mengutip data Kementerian Kesehatan bahwa jumlah kasus DBD sampai Selasa (14/4), mencapai 41.883 kasus, angka itu lebih tinggi dari total kasus tahun lalu sebanyak 40.425 orang.
Menurut dia kewaspadaan itu penting karena melihat jumlah orang meninggal akibat DBD yang juga meningkat jika dibandingkan dengan 2019.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah korban meninggal hingga 14 April 2020 mencapai 266 orang atau hampir mendekati jumlah korban meninggal sepanjang 2019 yang sebanyak 354 orang.
Baca juga: Dalam tiga bulan: Kasus DBD di Sumsel tembus 1.542 kasus, tiga meninggal
Baca juga: Kasus DBD di Palembang tertinggi di Sumsel
"Ini perlu menjadi perhatian serius dari pemerintah. Pemerintah perlu kembali mengingatkan masyarakat dan aparat kesehatan di daerah untuk mencegah, mewaspadai, dan menanggulangi DBD ini. Kita tidak ingin rakyat menjadi korban," ujarnya.
Rerie juga mengingatkan terkait keterbatasan daya tampung rumah sakit karena di masa pergantian musim ini, selain wabah Covid-19, potensi peningkatan penyakit lainnya seperti DBD, juga tinggi.
Karena itu menurut dia, kondisi rumah sakit saat ini penuh sesak dengan pasien, itu berdampak pada apabila kondisi pasien dinilai tidak parah sekali, dokter enggan merawat inap pasien non-Covid-19 di rumah sakit karena khawatir terpapar virus Corona itu.
"Dalam rangka pencegahan penyebaran Covid-19 tetap perlu memperhatikan aspek perlindungan bagi pasien yang bukan terpapar Covid-19," katanya.
Ia menilai perlu betul-betul dipikirkan jangan sampai rumah sakit, baik yang rujukan ataupun non-rujukan, memiliki peran ganda yang membuat masyarakat enggan berobat.