Ratusan orang pelajari aksara Kaganga di Palembang

id Aksara kaganga, pelatihan aksara kaganga, festival seguntang 2020

Ratusan orang pelajari aksara Kaganga di Palembang

Pelatihan Aksara Kaganga pada Festival Seguntang 2020 di Kota Palembang, Minggu (1/3). (Foto : ANTARA/Aziz Munajar/20).

Palembang (ANTARA) - Sekitar 200 orang ikut dalam pelatihan penulisan aksara tradisional kaganga pada Festival Seguntang 2020 di Kota Palembang sebagai upaya mempertahankan eksistensi kebudayaan aksara tersebut.

Pengurus Forum Pariwisata dan Kebudayaan (Forwida) Sumsel selaku penyelenggara, Kemas Ari Panji di Palembang, Minggu, mengatakan pelatihan Aksara Kaganga ternyata mendapatkan antusiasme tinggi dengan membludaknya peserta.

"Pelatihan Huruf Kaganga kami langsungkan dua hari dengan empat kelas, satu kelas diisi 50 orang dan sebetulnya jumlah peserta lebih dari 200 orang," ujar dia.

Menurut dia peserta berasal dari kalangan mahasiswa, guru, dosen dan masyarakat umum, para peserta tampak antusias dan menaruh perhatian tinggi terhadap keberadaan Aksara Kaganga yang kurang familiar di tengah masyarakat Sumsel saat ini.

Banyaknya peserta bahkan membuat pihaknya berencana mengadakan kelas khusus secara reguler dan intensif agar keberadaan Aksara Kaganga terus diwariskan serta dikenal luas sebagai aksara yang ada sebelum munculnya Kedatuan Sriwijaya.

"Mungkin nanti pelatihannya bisa satu bulan sekali," ujar Kemas Ari.

Huruf Kaganga yang mempunyai karakteristik tipografi lancip dengan garis-garis tegas diyakini sudah ada sejak 1.000 tahun lalu dan tersebar di Wilayah Bengkulu, Lampung, Jambi serta Sumatera Selatan.

Aksara Kaganga atau Aksara Uluan merujuk pada ketiga huruf pertama (Ka-Ga-Nga) yang terdiri dari 19 huruf tunggal, 9 huruf pasangan dan 15 tanda baca.

Dalam catatatan Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI pada 2015, penemuan Aksara Kaganga terungkap melalui terjemahan naskah kuno bertuliskan Ka-Ga-Nga asal temuan 'Situs Ulak Lebar' di Kecamatan Lubuklinggau Barat Kota Lubuklinggau, Sumsel.

Keberadaan Aksara Kaganga menunjukkan bahwa tradisi intelektualisme masyarakat Sumsel dahulu sudah berkembang cukup tinggi terutama di wilayah hulu sungai.