Banda Aceh (ANTARA) - Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Aceh, Joni R Ahmad PhD mengatakan medan magnet tidak dapat ditangkap dengan indra manusia baik melalui penglihatan, rasa, dan lainnya tanpa bantuan alat.
"Medan magnet ini secara awam sulit ditangkap, fenomena medan magnet ini sangat-sangat kecil terjadi, kompas pun sangat kecil kemungkinan bisa menangkapnya," katanya di Banda Aceh, Selasa.
Pernyataan itu disampaikan Joni menanggapi temuan yang dianggap medan magnet di kawasan Bukit Radar, Aceh Besar, Minggu (5/1) lalu, diikuti klaim Bupati Aceh Besar, Mawardi Ali bahwa kawasan itu memiliki magnet seperti di Jabal magnet Arab Saudi.
Dia menjelaskan kompas alat paling sederhana yang memiliki peluang untuk menangkap kawasan medan magnet, namun kompas pun sangat kecil peluang untuk mendeteksi medan magnet tersebut.
"Jadi orientasi kompas, kalau kompas biasanya nunjuk ke Utara maka karena pengaruh medan magnet jadi menunjukkan ke arah lain. Tapi fenomena ini tidak bisa ditangkap indra manusia," tambahnya.
Ia menyebutkan anggapan terkait adanya medan magnet di Aceh Besar itu sebenarnya tidak benar. Anggapan itu timbul hanya karena berbeda sudut pandang saja, karena melihat dari satu sudut maka seolah-olah sudut lain lebih rendah dibanding sudut ujungnya.
Menurutnya, anggota IAGI Aceh yang tergabung dalam Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Aceh juga telah membuktikan bahwa antara ujung satu dan ujung lain terjadi beda tinggi hampir dua meter, dalam jarak 200 meter yang dianggap memiliki medan magnet itu.
"Jadi memang sama sekali tidak berhubungan dengan medan magnet. Di vidio pertama beredar ada botol mineral juga ikut menggelinding, padahal botol ini non magnetik, jadi sudah jelas sebenarnya tidak berhubungan dengan medan magnet," terangnya.
Ia mencontohkan sama halnya seperti berada di jalan aspal, jika dilihat saat terik matahari maka jalan seperti berair, padahal itu hanya penguapan karena faktor panas. Begitu juga ketika kita berdiri di tempat yang rata, maka saat kita melihat ke ujungnya akan terkesan seolah-olah lebih tinggi.
"Padahal sama saja. Ini karena perbedaannya jarak ke ujung beda dua meter, seolah-olah kalau mobil dari ujung berdiri akan berjalan sendiri, seperti ditarik magnet, padahal enggak. Setelah kita ukur ternyata enggak," jelasnya.
Berita Terkait
Rajawali Medan 'tak bisa terbang' lawan Pelita Jaya
Kamis, 2 Mei 2024 12:24 Wib
Presiden shalat Jumat di Masjid Agung Kota Medan
Jumat, 12 April 2024 16:48 Wib
Polisi temukan sopir bus jurusan Medan-Jambi positif narkoba
Minggu, 7 April 2024 19:44 Wib
Tim SAR temukan turis asal Prancis hilang di Bukit Sipiso-piso
Minggu, 7 April 2024 16:17 Wib
Rajawali Medan kembali kalah
Senin, 25 Maret 2024 1:05 Wib
Januari-Maret 2024. Kejati Sumut tuntut pidana mati 22 terdakwa narkoba
Senin, 18 Maret 2024 0:20 Wib
Trauma center rumah sakit dapat majukan wisata medis
Minggu, 17 Maret 2024 23:25 Wib
IBL 2024: Satria Muda kalahkan Rajawali Medan 104-79
Sabtu, 9 Maret 2024 20:26 Wib