Yogyakarta (ANTARA) - Penari-penari profesional dari 10 negara menampilkan berbagai tari kontemporer yang diadaptasi dari berbagai tarian tradisional dalam ASEAN Contemporary Dance Festival (ACDF) yang diselenggarakan di Auditorium Kampus Sanata Dharma, Yogyakarta, Sabtu.
Delegasi penari dari Indonesia menarikan Ragam Raga dengan menggunakan topeng. Tarian ini, menurut koreografer Indonesia Santi Dwisaputri, menampilkan karakter putri, putra halus dan putra gagah.
Lebih lanjut Santi menjelaskan topeng menjadi salah satu identitas Indonesia, sebagai salah satu negara yang mempunyai banyak sekali jenis topeng.
"Gerak dari tarian ini kontemporer semua, hanya dasarnya mengambil dari ragam gerak Jawa yang kemudian dikembangkan," katanya.
Tari kontemporer, menurut dia, sebenarnya tidak melulu hanya gerak tetapi juga dalam rasa.
Sementara itu, delegasi dari Thailand membawakan tarian yang jarang dibawakan oleh penari-penari di sana. Koreografer asal Thailand Zack Kampanath Ruangkaittivilas mengatakan hal yang dibawakannya adalah pengembangan dari tarian tradisional yang sudah lama dilupakan.
Dalam penciptaannya imajinasi akan gerak lebih muncul terlebih dahulu dari pada konsep besar dari tarian tersebut. Tarian tersebut, ia mengatakan menceritakan tentang kesan manusia saat pertama kali bertemu dengan orang lain.
"Kita kerap menilai orang lain padahal kita belum mengenal orang tersebut. Kita pikir oh orang ini ramah atau oh orang ini seram tapi sebetulnya kita tidak tahu apa yang ada di dalam benak orang tersebut," katanya.
Tarian tersebut ditunjukkan dengan simbol-simbol gerak seperti ketika penari menegangkan ototnya yang mengisyaratkan orang tersebut adalah orang yang keras, atau dengan gerak-gerak lembut yang menunjukkan kehalusan orang tersebut.
Negara lain seperti Brunei Darussalam menampilkan tarian berjudul Wang Mangalainyang dibawakan oleh dua orang penari pria. Mereka membawa kain songket serta rebana dalam tariannya.
Gerakan lincah yang menjadi ciri khas dari Tari Zapin ditunjukkan dalam tarian tersebut, dipadukan gerakan cepat dan ringan dari balet.
Sementara itu, delegasi asal Kamboja membawa tarian berjudul Garuda yang ditarikan secara solo oleh seorang penari yang menirukan gerak-gerik burung garuda yang bebas dan independen dalam tarian tersebut.
ASEAN Contemporary Dance Festival yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama Sekretariat ASEAN dan diikuti oleh 10 negara anggota ASEAN .
Direktur Diplomasi Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nadjamuddin Ramly mengatakan festival ini merupakan program dari Sekretariat ASEAN dan diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Festival tersebut bukanlah yang pertama kali dilaksanakan tetapi ini pertama kali Indonesia menjadi tuan rumah bagi ASEAN Contemporary Dance Festival.
"Semoga ini menapak di hati kita, menjadi pesan yang tak terlupakan dan memperkuat persahabatan antara negara-negara ASEAN," katanya.