ACT: Satu hektare lahan serai wangi bisa produksi minyak 200 Kg
Banda Aceh (ANTARA) - Lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Cabang Aceh menyebut, setiap satu hektare lahan tanaman serai wangi di tanah wakaf dewasa ini mampu memproduksi minyak serai sekitar 200 kilogram/kg dalam sekali panen.
"Serai wangi kita itu, ada di Calang. Dalam setahun empat kali panen atau setiap tiga bulan sekali panen. Satu hektare lahan bisa menghasilkan minyak 200 kg," ucap Kepala ACT Cabang Aceh, Husaini Ismail di Banda Aceh, Jumat.
Ia mengaku, ke-200 kg minyak serai wangi tersebut merupakan hasil penyulingan yang juga dilakukan di lokasi tanah wakaf dari sekitar lima ton daun serai kondisi kering dalam satu hektare lahan setelah di panen.
Hasil penyulingan minyak ini langsung dipasarkan ke tingkat agen penampung atau dijual sesuai harga pasar dikisaran Rp250 ribu per kg sampai Rp300 ribu per kg di Kota Blangkejeren, Kabupaten Gayo Lues, Aceh.
Seperti diketahui, seorang warga Aceh Jaya, H Mustafa tahun 2018 telah mewakafkan 110 hektare lahan tidur kepada ACT berlokasi di Gampong (Desa) Lhok Geulumpang, Kecamatan Setia Bakti, Aceh Jaya.
"Hasil penjualan minyak serai itu kita salurkan ke penerima manfaat, sebagian diantaranya membiayai Dayah (Pesantren) Al-Anshar bersebelahan dengan tanah wakaf, warga setempat, dan program kemanusiaan ACT," jelasnya.
Ia mengatakan, setahun terakhir pihaknya baru membuka lahan dengan menanami salah satu komoditas andalan ekspor Aceh di lahan wakaf produktif sekitar 25 hektare dari total 110 hektare.
"Memang belum semua lahan kita buka, dan ditanami bibit-bibit serai wangi terbaik. Jadi pelan-pelan kita buka lahan ini, agar menjadi wakaf produktif," tegasnya.
"Sebelum kita kelola, lahan itu telantar. Kini sudah kita mulai jadikan lahan produktif bagi pertanian di Aceh," tambah Husaini.
"Serai wangi kita itu, ada di Calang. Dalam setahun empat kali panen atau setiap tiga bulan sekali panen. Satu hektare lahan bisa menghasilkan minyak 200 kg," ucap Kepala ACT Cabang Aceh, Husaini Ismail di Banda Aceh, Jumat.
Ia mengaku, ke-200 kg minyak serai wangi tersebut merupakan hasil penyulingan yang juga dilakukan di lokasi tanah wakaf dari sekitar lima ton daun serai kondisi kering dalam satu hektare lahan setelah di panen.
Hasil penyulingan minyak ini langsung dipasarkan ke tingkat agen penampung atau dijual sesuai harga pasar dikisaran Rp250 ribu per kg sampai Rp300 ribu per kg di Kota Blangkejeren, Kabupaten Gayo Lues, Aceh.
Seperti diketahui, seorang warga Aceh Jaya, H Mustafa tahun 2018 telah mewakafkan 110 hektare lahan tidur kepada ACT berlokasi di Gampong (Desa) Lhok Geulumpang, Kecamatan Setia Bakti, Aceh Jaya.
"Hasil penjualan minyak serai itu kita salurkan ke penerima manfaat, sebagian diantaranya membiayai Dayah (Pesantren) Al-Anshar bersebelahan dengan tanah wakaf, warga setempat, dan program kemanusiaan ACT," jelasnya.
Ia mengatakan, setahun terakhir pihaknya baru membuka lahan dengan menanami salah satu komoditas andalan ekspor Aceh di lahan wakaf produktif sekitar 25 hektare dari total 110 hektare.
"Memang belum semua lahan kita buka, dan ditanami bibit-bibit serai wangi terbaik. Jadi pelan-pelan kita buka lahan ini, agar menjadi wakaf produktif," tegasnya.
"Sebelum kita kelola, lahan itu telantar. Kini sudah kita mulai jadikan lahan produktif bagi pertanian di Aceh," tambah Husaini.