Alasan Herman Deru pilih pidato pertama di Monpera

id herman deru,gubernur sumsel,mawardi yahya,pidato,monpera,palembang

Alasan Herman Deru pilih pidato pertama di Monpera

Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru (kiri) bersama Wakil Gubernur Sumatera Selatan Mawardi Yahaya (kanan) menyampaikan pidato perdananya di Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera) Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (2/10). Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Selatan periode 2018-2023 menyampaikan pidato pertama dihari kerja pertama kerja setelah secara resmi dilantik oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Senin (01/10). (ANTARA News Sumsel/Nova Wahyudi/dol/18)

Palembang (ANTARA News Sumsel) - Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru dan Mawardi Yahya memilih berpidato sebagai kepala daerah untuk pertama kali di Pelataran Monumen Perjuangan Rakyat Palembang. 

Sebelumnya paska dilantik Presiden Joko Widodo di Istana Negara pada Senin pagi (1/10), Herman Deru san Mawardi Yahya langsung bertolak ke Palembang Selasa pagi (2/10), kedatangannya dari Bandara SMB II disambut iring-iringan masyarakat, begitu sampai di Monpera, keduanya disuguhkan tarian Barongsai serta jadi kerumunan masyarakat yang telah menantinya sejak pagi. 

"Ada tiga alasan mengapa kami memilih Monpera sebagai lokasi pidato pertama, pertama karena kami ingin mengajak masyarakat agar sekali-kali tidak melupakan sejarah dan jasa ribuan pahlawan yang berjuang menegakan negara ini," kata Gubernur Sumsel Herman Deru saat pidato pertamanya di Palembang, Selasa. 

Menurutnya jasa-jasa tersebut tidak hanya kepada para pahlawan, secara eksplisit juga dimaksudkan kepada tokoh-tokoh termasuk para ulama yang telah berjuang dan berkontribusi dalam pembangunan di Sumsel sampai sekarang. 

Masyarakat punya tanggung jawab besar meneruskan perjuangan para pahlawan tersebut, bedanya perjuangan sekarang lebih intens melawan bentuk-bentuk potensi perpecahan, sehingga perlu keterbukaan dan kejujuran di era informasi saat ini. 

"Monpera ini tempatnya terbuka, kami ingin sampaikan jika asas keterbukaan menjadi perhatian kami selama memimpin Sumsel 5 tahun ke depan, masyarakat tentu butuh pemimpin yang mendengar serta mengayomi, tapi kami juga butuh keterbukaan dari masyarakat, maksudnya kalau memang ada masalah sampaikanlah dengan sebenar-benarnya tanpa ada kepura-puraan dan tidak berlebihan," ujar Herman Deru. 

Pihaknya meyakinkan Sumsel akan menjadi lebih baik di bawah kepemimpinannya apabila masyarakat ikut mendukung program-program yang pihaknya canangkan, dengan tidak lupa berdoa. 

"Alasan ketiga, semuanya bisa lihat jika Monpera berdiri tepat di depan Masjid Agung Palembang, kami bermaksud mengingatkan diri kami sendiri dan mengajak masyarakat tidak melupakan agama, karena pada dasarnya agama adalah alat kontrol kehidupan, apapun profesi seseorang," lanjut Herman Deru. 

Realisasi hidup dalam kontrol agama itu sendiri tercermin dalam sikap anti caci-mencaci, tambah Deru, dimana ia menilai kontestasi pilkada serentak April lalu sempat menimbulkan saling caci maki antar pendukung pasangan, menurutnya hal tersebut jangan diteruskan saat pemilu 2019, khawatir bisa memecah belah keutuhan masyarakat Sumsel. 

"Mari hentikan semua perdebatan, mari bersatu untuk keutuhan Sumsel, ingatlah Sumsel ini milik bersama," ungkap Deru.