Pelajar Indonesia juara lomba Inovasi Internasional
Bengkulu (ANTARA News Sumsel) - Tujuh pelajar SMA Negeri 2 Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu, meraih dua penghargaan internasional dalam lomba inovasi produk kreatif yang digelar di Seoul Trade Exhibition and Convention, Korea Selatan, pada 2-4 Agustus 2018.
Mereka meraih medali emas dari ajang World Invention Creativity Olympic (WICO) untuk kategori produk sehat dan penghargaan khusus dari World Invention Intellectual Property Associations (WIIPA) untuk kategori inovasi produk kreatif, berkat penemuan biskuit keong mas pencegah osteoporosis.
"Tercatat ada 28 negara yang terdiri dari 228 tim mengikuti ajang tersebut. Kami tidak menyangka bahwa produk yang kami ciptakan meraih dua penghargaan internasional sekaligus," kata Veni Aprisal, salah satu pelajar peraih penghargaan WICO dan WIIPA 2018 kepada ANTARA di Seoul melalui aplikasi percakapan, Minggu.
Dia menceritakan, ide awal pembuatan biskuit pencegah osteoporosis itu muncul lantaran keong mas yang dianggap hama oleh petani, justru cangkangnya sangat bermanfaat setelah melalaui penelitian.
Masyarakat hanya memanfatkan daging keong mas yang kenyal tersebut untuk pakan ternak, sementara cangkangnya yang keras dibuang percuma.
Setelah melakukan riset dan penelitian ilmiah, ternyata cangkang keong mas justru mengandung tinggi kalsium yang dapat mencegah osteoporosis, jelasnya.
Osteoporosis merupakan kondisi saat kualitas kepadatan tulang menurun. Kondisi ini membuat tulang menjadi keropos dan rentan retak. Keretakan itu biasanya terjadi pada tulang belakang, pergelangan tangan, lengan atau tulang pangkal paha.
"Kurangnya konsumsi makanan yang mengandung kalsium menjadi salah satu penyebab utama munculnya osteoporosis," ungkapnya.
Saat ini sudah ada tiga varian rasa biskuit keong mas yaitu original, cokelat dan nanas. Informasi nilai gizi juga sudah tertera pada bungkus kemasannya, sehingga konsumen dapat menyesuaikan dengan kebutuhan energi harian.
"Kami menjualnya Rp15 ribu untuk setiap kemasan berukuran 150 gram yang berisi lima biskuit," ujar Veni. Kepala SMA Negeri 2 Bengkulu Selatan Tarman Hayadi mengaku bangga sekaligus haru atas prestasi yang diukir ketujuh muridnya tersebut.
"Kami yang berasal dari sekolah pelosok negeri, ternyata mampu mengukir prestasi dalam perlombaan internasional dengan menorehkan medali emas dan penghargaan khusus. Hadiah ini kami persembahkan untuk nama baik Indonesia di mata dunia," kata Tarman.
Lebih lanjut, dia berharap semoga ke depan semakin banyak pelajar Indonesia yang berprestasi, bukan hanya dari sisi kecerdasan intelektual dan olahraga melainkan juga inovasi serta kreativitas.
Mereka meraih medali emas dari ajang World Invention Creativity Olympic (WICO) untuk kategori produk sehat dan penghargaan khusus dari World Invention Intellectual Property Associations (WIIPA) untuk kategori inovasi produk kreatif, berkat penemuan biskuit keong mas pencegah osteoporosis.
"Tercatat ada 28 negara yang terdiri dari 228 tim mengikuti ajang tersebut. Kami tidak menyangka bahwa produk yang kami ciptakan meraih dua penghargaan internasional sekaligus," kata Veni Aprisal, salah satu pelajar peraih penghargaan WICO dan WIIPA 2018 kepada ANTARA di Seoul melalui aplikasi percakapan, Minggu.
Dia menceritakan, ide awal pembuatan biskuit pencegah osteoporosis itu muncul lantaran keong mas yang dianggap hama oleh petani, justru cangkangnya sangat bermanfaat setelah melalaui penelitian.
Masyarakat hanya memanfatkan daging keong mas yang kenyal tersebut untuk pakan ternak, sementara cangkangnya yang keras dibuang percuma.
Setelah melakukan riset dan penelitian ilmiah, ternyata cangkang keong mas justru mengandung tinggi kalsium yang dapat mencegah osteoporosis, jelasnya.
Osteoporosis merupakan kondisi saat kualitas kepadatan tulang menurun. Kondisi ini membuat tulang menjadi keropos dan rentan retak. Keretakan itu biasanya terjadi pada tulang belakang, pergelangan tangan, lengan atau tulang pangkal paha.
"Kurangnya konsumsi makanan yang mengandung kalsium menjadi salah satu penyebab utama munculnya osteoporosis," ungkapnya.
Saat ini sudah ada tiga varian rasa biskuit keong mas yaitu original, cokelat dan nanas. Informasi nilai gizi juga sudah tertera pada bungkus kemasannya, sehingga konsumen dapat menyesuaikan dengan kebutuhan energi harian.
"Kami menjualnya Rp15 ribu untuk setiap kemasan berukuran 150 gram yang berisi lima biskuit," ujar Veni. Kepala SMA Negeri 2 Bengkulu Selatan Tarman Hayadi mengaku bangga sekaligus haru atas prestasi yang diukir ketujuh muridnya tersebut.
"Kami yang berasal dari sekolah pelosok negeri, ternyata mampu mengukir prestasi dalam perlombaan internasional dengan menorehkan medali emas dan penghargaan khusus. Hadiah ini kami persembahkan untuk nama baik Indonesia di mata dunia," kata Tarman.
Lebih lanjut, dia berharap semoga ke depan semakin banyak pelajar Indonesia yang berprestasi, bukan hanya dari sisi kecerdasan intelektual dan olahraga melainkan juga inovasi serta kreativitas.