Jakarta, (ANTARA Sumsel) - Film bergenre romantis garapan sutradara Angga Dwimas Sasongko, "Surat dari Praha" diciptakan sebagai alternatif menuturkan sisi lain terkait sejarah konflik politik pada masa 1965, yang selama ini belum terungkap ke publik.
"Kisah dan narasi tentang peristiwa 65 adalah pengalaman, materi penting untuk dipelajari dan direnungkan sehingga kita sebagai komunitas bangsa mampu memperbaiki diri," ujar Angga dalam konferensi pers "Surat dari Praha" di Jakarta, Senin.
Dengan memperkenalkan tokoh utama Mahdi Jayasri (diperankan oleh Tyo Pakusadewo), Angga ingin menggambarkan kehidupan seorang mahasiswa ikatan dinas (MAHID) yang terpaksa kehilangan kewarganegaraannya karena menolak pemerintahan Orde Baru.
Ia juga menegaskan bahwa Surat dari Praha tidak dibuat untuk memupuk kebencian atau bertendensi memperkeruh sejarah atau politik, melainkan untuk menuturkan sejarah melalui pendekatan yang halus dengan mengombinasikan musik, romansa, serta cinta.
Keputusan sutradara film terbaik FFI 2014 "Cahaya dari Timur: Beta Maluku" itu untuk mengangkat sisi lain kehidupan orang-orang Indonesia yang terasing di Praha, Republik Ceko, bukannya tanpa alasan.
"Kita punya stigma bahwa orang-orang 'exiles' itu identik dengan PKI atau komunis, tetapi yang di Praha ini bukan. Mereka adalah mahasiswa Indonesia yang memperoleh ketidakadilan, dibuang, tidak diakui kewarganegaraan, padahal mereka sendiri bukan komunis," ujar Angga.
Demi menyuguhkan sebuah kisah yang apik, Angga dan penulis naskah M Irfan Ramli menjalani proses pengerjaan film selama tiga tahun, termasuk riset dan berdiskusi dengan sumber primer yakni para mantan eksil politik di Praha.
"Orang-orang ini masih hidup, masih sehat, dan bisa menceritakan kisah hidup mereka secara mendetail. Dari situ kami punya banyak materi primer sebagai bahan penulisan naskah," tutur Angga.
Dengan mengangkat tema cinta dan menggandeng musisi Glenn Fredly sebagai produser dalam film terbarunya, Angga berharap Surat dari Praha dapat melawan stigma negatif tentang orang-orang yang diasingkan sebagai imbas konflik ideologi pascaperistiwa 1965, dan mengajak generasi muda melihat sisi lain dari sejarah kelam bangsa Indonesia.
"Saya ingin berbagi kepada penonton tentang kisah mereka, keberanian mereka memutuskan menolak pemerintahan Orde Baru dengan segala konsekuensi yang mereka terima, termasuk saat dicabut kewarganegaraannya dan tidak bisa pulang ke Tanah Air," kata dia.
Dibintangi oleh aktor dan aktris ternama seperti Julie Estelle (sebagai Larasati), Widyawati (sebagai Sulastri), dan Rio Dewanto (sebagai Dewa), film Surat dari Praha akan dirilis di seluruh bioskop Tanah Air mulai 28 Januari mendatang.
Film yang diproduksi oleh Visinema Pictures tersebut bercerita tentang seorang perempuan muda bernama Laras yang harus memenuhi wasiat ibunya, Sulastri, untuk mengantarkan sebuah kotak kayu berisi surat-surat kepada seorang pria bernama Jaya yang tinggal di Praha.
Perjumpaan Laras dan Jaya di Praha kemudian menempatkan keduanya dalam sebuah konflik, sekaligus cerita tentang perasaan cinta Jaya dan Sulastri yang hanya mampu tersampaikan lewat surat selama mereka terpisah antarbenua sebagai imbas sejarah peristiwa 1965.